“There is no such thing as climbing to the top obstacle free.” ~ Ben Lionel Scott
Setelah berhasil mendapatkan beasiswa USAID PRESTASI, kerabat dekat dan orang-orang di sekitar turut memberikan apresiasi serta dukungan kepada saya dalam menempuh pendidikan master di Amerika. Saya merasa bersyukur atas peran mereka dalam memotivasi saya untuk lebih bersemangat dalam menjalani masa perkuliahan di negeri Paman Sam.
Bagi saya, berbagi kabar bahagia kepada adalah perkara yang wajib dari mulai gaya pembelajaran di Amerika yang konstruktif hingga tempat-tempat terbaik untuk pergi berwisata. Membersamai kabar tersebut, banyak hambatan yang turut menjadi penghias perjalanan saya. Tentunya, hal-hal seperti itu sengaja tidak saya ekspos agar tidak membuat cemas keluarga saya di Indonesia dan tidak membuat semangat teman-teman ikut menciut untuk melanjutkan studi di Amerika. Dalam kesempatan ini, saya akan membahas beberapa kendala yang saya temui ketika menjalani masa studi di Amerika beserta cara untuk mengatasinya.
Hambatan yang pertama bagi saya adalah kepercayaan diri. Saya sering merasa tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup dan merasa canggung untuk tampil di depan kelas, bahkan untuk sekedar mengajukan pertanyaan dan menyampaikan pendapat di depan mahasiswa lainnya. Hal ini berbanding terbalik dengan aktivitas di kelas yang mengharapkan semua mahasiswa berperan serta di setiap kegiatan. Cara yang saya lakukan untuk mengatasi kendala ini adalah meningkatkan keikutsertaan di kelas. Saya membuat catatan pribadi untuk memudahkan dalam memahami materi, kemudian saya menjelaskannya pada forum diskusi kelas. Untuk presentasi, saya sering menggunakan rangkuman dan menyisipkan rekaman suara pada file presentasi, sehingga jika saya grogi saya bisa membaca catatan saya dan/atau menyetel rekaman saya di depan kelas. Hal itu sangat membantu saya dalam mengatasi ketidakpercayaan diri perasaan grogi di kelas.
Terbatasnya kemampuan dalam berkomunikasi dan mendengar bahasa Inggris juga masih menjadi momok tersendiri dalam mengikuti perkuliahan di kelas. Perihal itu tentunya berpengaruh pada penyerapan ilmu yang kurang maksimal. Beberapa cara yang saya lakukan untuk menanganinya adalah menggunakan perekam suara dan memanfaatkan office hours.Sebelum merekam aktivitas di kelas, saya meminta izin kepada dosen terkait penggunaan voice recorder untuk mereview materi kembali di rumah jika ada perihal yang kurang jelas. Ketika cara tersebut kurang efektif, saya membuat janji dengan dosen untuk mendiskusikan materi yang sulit dipahami.
Untuk meningkatkan kemampuan tersebut, saya mengikuti beberapa aktivitas kampus seperti percakapan grup bagi mahasiswa internasional dan acara seminar/workshop yang dilaksanakan tiap bulan. Kegiatan seperti ini tentu membantu saya dalam mempertajam kemampuan berkomunikasi, terlebih karena melibatkan native speakerssebagai fasilitator. Di samping itu, saya juga berusaha membiasakan diri untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial dan mengikuti kegiatan belajar kelompok yang diadakan di luar kelas. Tentu saja apa yang saya lakukan untuk menghadapi ujian tersebut tidaklah mudah. Butuh banyak kerja keras dan waktu untuk membangun kapasitas diri dalam berkomunikasi. Namun, hasil tidak pernah menghianati sebuah usaha. Saya dapat merasakan mandaat dan hasil dari beberapa kegiatan yang saya ikuti. Terlebih dari itu, saya juga belajar berbagai macam budaya dan memperluas jaringan pertemanan.
Kendala selanjutnya adalah kemampuanwritingdan readingyang tak jarang membuat saya frustasi. Misalnya, tugas readingsmateri mata kuliah yang setiap minggu harus dibaca. Ada kalanya saya membutuhkan waktu untuk istirahat sejenak, namun tugas tetap harus diselesaikan dengan segera. Beberapa cara yang saya lakukan untuk menguasai readingsadalah dengan menjawab rumus what, who, when, where, why, dan how. Pertanyaan tertera memudahkan saya dalam mencerna isi teks. Selain itu, saya juga membuat ikhtisar beserta daftar pertanyaan untuk digunakan sebagai bahan diskusi di kelas. Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan writing, hampir setiap minggu saya membuat janji di writingcenteruntuk memeriksa hasil tulisan dan berkonsultasi dengan tutor terkait paraphrasing, writing style, grammar, dan lain-lain.
Selain hambatan akademis, saya juga mengalami kesulitan dalam hal-hal yang bersifat personal. Misalnya, perasaan rindu kepada keluarga di Indonesia, merasa kesepian, penyesuaian diri dengan budaya setempat, dan cuaca yang berbeda dengan yang ada di Indonesia. Hambatan seperti ini jika tidak diatasi dengan segera, akan terakumulasi ke alam bawah sadar dan dimanifestasikan dalam kegiatan-kegiatan yang merugikan hingga menimbulkan perasaan tertekan yang lebih jauh lagi. Untuk melalui posisi tersebut, saya menggunakan fasilitas kampus “Counseling Center” yang ditangani oleh konselor berpengalaman. Dalam proses konsultasi, saya belajar untuk memahami diri sendiri dan lingkungan sekitar, memilah akar permasalahan dan cara mengatasinya, serta memelihara kondisi agar selalu berpikiran positif.
Demikian restriksi yang saya rasakan sebagai mahasiswa internasional di Amerika. Selain mendapatkan bonus dalam berbagai kesempatan untuk mencari pengalaman akademis dan mengeksplorasi tempat-tempat wisata, berbagai hambatan turut menjadi bagian terpenting dari hidup saya. Secara bergantian, tantangan tersebut muncul dari berbagai arah dan dengan cara yang bervariasi. Menghadapi tantangan membuat saya belajar lebih banyak lagi.
Pengalaman saya dari segi akademis dan persiapan di kelas adalah hal yang penting bagi saya. Semakin saya siap dengan bekal ringkasan bacaan, tugas-tugas, dan daftar pertanyaan, semakin saya semangat untuk berangkat kuliah dan berpartisipasi aktif di kegiatan kelas. Selain itu, menjalin komunikasi yang intens dengan dosen dan orang-orang di sekitar juga turut berperan serta dalam proses belajar saya kali ini. Pesan saya, manfaatkanlah sumber belajar yang disediakan oleh kampus seperti writing center, international office, dancounseling centeruntuk membantu dalam mengatasi kendala-kendala yang ada.
Bagi saya, proses menjalani masa perkuliahan di Amerika bak perjalanan mendaki ke puncak gunung. Banyak tantangan yang harus dilalui untuk sedikit demi sedikit menapakkan kaki ke puncak. Saya bersyukur telah diberikan kesempatan untuk melanjutkan studi di Amerika. Hal ini tak lepas dari dukungan dan doa orang-orang di sekitar, dan termasuk kepada USAID PRESTASI yang telah memberikan saya kepercayaan untuk berkontribusi dan berdedikasi aktif untuk negara Indonesia di kemudian hari. Perjalanan ini tidak mudah, dan banyak tantangan yang harus dihadapi. Tinggal bagaimana cara kita menghadapinya. Semakin berani, semakin banyak belajar, akan membuat kita semakin dekat dengan puncak kemenangan.
0 comments:
Post a Comment