Per Ardua Ad Astra

  • This is Slide 1 Title

    This is slide 1 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 2 Title

    This is slide 2 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 3 Title

    This is slide 3 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

Wednesday, August 30, 2017

Pendakian Gunung Semeru 3.676 mdpl

This picture was taken from Kalimati on August 22nd, 2017.

                Gunung Semeru merupakan salah satu gunung tertinggi di Indonesia dan termasuk 7 Summit Indonesia. Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa mempunyai titik puncak (Puncak Mahameru) 3.676 mdpl yang dikenal dengan sebutan Puncak Abadi Para Dewa bagi pendaki. Dikutip dari www.wisatabromo.com, Gunung Semeru terletak di antara Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dengan posisi geografis antara 8o06’ LS dan 112o55’ BT. Selain itu, karena keindahan perbukitan sekitar Gunung Semeru dan Danau Ranu Kumbolo, Gunung Semeru sangat diminati oleh banyak pengunjung. Hal tersebut terbukti pada layanan pendaftaran online yang selalu ramai. Pendaftaran online pengunjung bisa dilakukan minimal satu minggu sebelumnya melalui laman resmi www.bookingsemeru.bromotenggersemeru.org.
Dikutip dari www.manusialembah.blogspot.co.id, jalur pendakian Gunung Semeru terbagi menjadi dua jalur yaitu jalur pendakian Ranupane dan jalur pendakian Ayek-ayek. Jalur Pendakian yang dibuka untuk umum yaitu jalur pendakian Ranupane, sedangkan jalur pendakian Ayek-ayek tidak dibuka untuk umum karena medan pendakian yang terjal dan masih terdapat ekosistem hewan liar yang dilindungi.
Pengalaman saya dalam Pendakian Gunung Semeru sangat berkesan dan pastinya penuh kenangan. Mulai dari persiapan packing, booking tiket kereta, dan menyapa relasi baru pun tak terelakkan.  Selain itu, pendakian yang berjumlah 16 ini juga cukup menguras energi fisik, psikis, dan tentunya materi selama pendakian berlangsung dari 21 Agustus sampai dengan 24 Agustus 2017. Adapun deskripsinya sebagai berikut:

The sight of Ranu Kumbolo 2.400 masl was taken on August 22nd, 2017.

21 Agustus 2017
Jam 08.00 WIB Sesampainya di Stasiun Malang Kota Baru, kami berkumpul di luar stasiun. Kami pun saling menyapa satu sama lain karena sebagian besar dari kami memang belum kenal. Kami yang berjumlah 16 orang yaitu Bang Mex, Bang Yogi, Mba Sri, Bang Ipunk, Bang Nyoman, Bang Aldi, Bang Bayu, Bang Ocil, Bang Sulaeman, Bang Adib, Bang Udin, Mas Yusuf, Mas Wawan, Mas Slamet, Mba Del, dan Penulis (Adi). Kemudian langsung menuju persimpangan dekat dengan patung Singa, kami pun dengan segera bernegosiasi dengan pak supir angkot. Angkot pun siap mengantar kami ke Pasar Tumpang dengan biaya 100 ribu per angkot. Setelah perjalanan sekitar 30 menit, kami pun menuju rumah penyedia jasa jeep yang akan digunakan perjalanan dari Pasar Tumpang menuju ke Basecamp Ranupane. Setelah belanja logistik di sekitar Pasar Tumpang dan packing perbekalan, kami pun start dari Pasar Tumpang jam 13.00 WIB dan sampai di Basecamp jam 15.30 WIB dengan jeep. Biaya jeep yaitu Rp55.000 per individu untuk sekali jalan.
Di Basecamp, kami pun segera mengejar registrasi peserta karena jam kerja loket registrasi tutup jam 17.00 WIB. Pendaftaran peserta pun harus online jauh-jauh hari, dan di loket pendaftaran Basecamp hanya menyerahkan bukti pendaftaran online (per kelompok), dua fotokopi kartu identitas diri (per individu), surat keterangan sehat jasmani (per individu), dan mengisi daftar nama anggota serta daftar perbekalan yang akan dibawa. Setelah semuanya oke, biaya masuk pengunjung pun wajib dilunasi di loket registrasi. Biaya masuk pengunjung Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) pada hari kerja yaitu Rp15.000 dan biaya asuransi sebesar Rp2.500. Kedua hal tersebut berlaku hanya untuk satu orang dan satu kali masuk per hari. Setelah urusan registrasi selesai, semua peserta akan mendapatkan briefing dari pengelola TNBTS terkait jalur pendakian yang diperbolehkan, hal-hal yang perlu diwaspadai, sumber mata air, medan pendakian, dan pastinya kekompakan tim. Hal tersebut bertujuan untuk meminimalisir resiko yang tidak diinginkan oleh pihak pengelola TNBTS.
Sebelum memulai pendakian, kami segera istirahat dan makan sembari merebahkan fisik sejenak di sekitar basecamp. Sekitar jam 20.00 WIB, kami pun berdoa bersama dan mulai trekking jalur pendakian Ranupane. Jalur pendakian pada saat malam hari perlu diwaspadai karena banyak cabang jalur yang membingungkan. Kami yang notabenenya belum pernah menjajahkan kaki di Gunung Semeru pun hampir tersesat ke jalur Ayek-ayek yang dilarang untuk pendakian karena medan yang terjal. Kami pun bergegas menuju jalur Ranupane.
Tujuan perjalanan kami yaitu Danau Ranu Kumbolo yang berada di ketinggian 2.400 mdpl. Perjalanannya melewati hutan tropis yang masih lebat dengan pepohonan endemik yang akan terlihat menawan di siang hari. Namun suasana malam akan menambah nikmatnya perjalanan kami dengan diiringi bintang kehidupan. Begitu juga rasa dingin yang mulai menusuk relung kami, kami pun selangkah demi selangkah terus bergerak agar tidak mengalami kedinginan atau hipotermia. Medan di jalur pendakian Ranupane didominasi dengan tanah hutan tropis yang nyaman dilewati. Begitu juga rutenya yang cukup panjang dan tidak terlalu terjal. Sebelum sampai di Danau Ranu Kumbolo, ada beberapa pos yang akan dilewati yaitu Pos Landengandowo dan Watu Rejeng.

The peak already was seen at Jambangan.

22 Agustus 2017
Setelah berjalan sekitar 6 jam dari basecamp Ranupane, kami pun sampai di tepi sisi utara Danau Ranu Kumbolo jam 02.00 WIB. Cukup banyak tenda para pendaki yang sudah didirikan di sekitar tepi danau. Namun hal yang paling terasa bagi kami adalah rasa dingin yang menusuk atma kami, bukan hal tempat di mana kami akan mendirikan tenda. Kami pun dengan segera mendirikan tenda dengan tangan yang menggigil sembari menunggu rekan tim kami yang ada di belakang. Selepas itu, kami langsung istirahat dan menghangatkan diri dengan memasak air hangat.
Jam 06.00 WIB, sebagian dari kami memasak sarapan pagi dan sebagian masih merebahkan diri di dalam tenda. Beberapa juga jalan-jalan di sekitar tepi danau yang sedikit mengeluarkan uap asap di permukaan air danau. Rasa dingin juga tidak bisa terelakkan. Setelah memasak usai, kami pun menikmati sarapan bersama di tepi danau. Inilah momen yang cukup langka bagi para pendaki yang notabenenya tidak semua gunung mempunyai danau yang asri nan sejuk. Momen sarapan sudah selesai dan kami pun segera persiapan menuju Kalimati.
Jam 11.00 WIB, kami berdoa bersama dan mulai melanjutkan pendakian menuju ke Kalimati. Medan perjalanan dari Danau Ranu Kumbolo ke Kalimati melalui bukit tanjakan cinta yang cukup terjal tetapi terkenal, kemudian melalui oro-oro ombo yang didominasi savana tumbuhan berwarna ungu dengan medan yang landai, dan lanjut menuju Pos Cemoro Kandang yang cukup terjal dan terakhir di Pos Jambangan. Di Pos Jambangan, Puncak Mahameru (Gunung Semeru) sudah mulai tampak. Keindahan Puncak Mahameru memang tiada tara dari gunung lainnya di Pulau Jawa. Hal inilah yang menjadi salah satu daya tarik para pendaki untuk selalu menyambangi Gunung Semeru.
Setelah berjalan sekitar 4 jam 30 menit, kami pun sampai di Kalimati jam 15.30 WIB. Dengan segera kami pun mendirikan tenda dan mengambil persediaan air bersih sembari menunggu rekan tim yang belum sampai. Air bersih berada di Sumber Mani yang bisa ditempuh dengan jalan kaki sekitar 30 menit (pergi-pulang). Medannya cukup terjal dan perlu diwaspadai untuk tidak mengambil air pada saat malam hari. Hal tersebut menghindari hal-hal yang tidak diinginkan mengingat daerah sekitar Sumber Mati masih terdapat ekosistem hewan liar, seperti macan. Para pendaki pun dihimbau untuk menjaga kebersihan sekitar dan tidak melalukan hal-hal yang mengancam ekosistem mereka.
Jam 16.30 sudah selesai mendirikan tenda dan menyiapkan air bersih. Sembari menunggu rekan yang masih belum sampai, kami pun menikmati perkasanya Puncak Semeru dari area lapang Kalimati yang luas dan sebagian juga mempersiapkan makan malam. Jam 19.00 WIB, kami makan malam bersama dan dilanjutkan briefing untuk persiapan Summit Attack. Empat orang memilih tetap di tenda karena kondisi yang kurang memungkinkan dan 12 orang tetap lanjut Summit Attack. Setelah briefing, kami pun prepare untuk Summit Attack dan segera istirahat yang cukup.

Finally, the hardest peak that i have been through.

23 Agustus 2017
Jam 12.00 WIB bangun dan persiapan buat Summit Attack, khususnya perbekalan pribadi dan perlengkapan yang memadai. Perbekalan pribadi yaitu minuman dan makanan ringan yang cukup serta obat pribadi, sedangkan perlengkapan Summit Attack yaitu jaket polar, celana polar, sepatu, gaiter dan tracking pole. Setelah persiapan selesai, tepat jam 1.30 WIB dini hari, kami berdoa bersama dan meluruskan niat untuk ke Puncak Abadi Para Dewa.
Sebelum Summit Attack, perjalanan akan melewati Arcopodo dan Cemoro Tunggal yang merupakan batas vegetasi. Dari Kalimati menuju Cemoro Tunggal bisa ditempuh sekitar 1 jam. Medan pendakiannya berupa tanah vegetasi cemara yang cukup terjal dan suhu dinginnya tidak bisa dikompromi. Oleh karena itu, tidak sedikit para pendaki yang mengurungkan niatnya untuk menjajahkan kaki selama Summit Attack karena tak tahan dingin, muntah, pusing, dan sebagainya.
Setelah melewati Cemoro Tunggal sebagai batas vegetasi, para pendaki akan disambut dengan medan pendakian yang didominasi dengan pasir, kerikil, dan bebatuan. Inilah saat para pendaki diuji ketahanan fisik dan niatnya saat menuju ke Puncak Abadi Para Dewa. Medan pasir yang bercampur dengan kerikil sangat menguras energi fisik. Begitu kami melangkah maju ke depan, kami pun akan merosot ke belakang lagi. Setiap dua langkah kaki ke depan hanya untuk satu langkah maju ke depan. Hal tersebut juga ditambah dengan suhu dingin yang menusuk jiwa kami. Ibarat hal tersebut kurang cukup, angin pun turut menggoyahkan niat kami. Niat yang kami bawa dari kota masing-masing untuk menyaksikan keindahan ciptaan Tuhan. Namun, tidak sedikit pula para pendaki yang memutuskan kembali ke Kalimati karena kondisi yang kurang memungkinkan.
Setelah 5 jam 45 menit, tepatnya jam 07.15 WIB dan dengan rasa syukut nikmat Tuhan, kami pun sampai di Puncak Abadi Para Dewa (Puncak Mahameru) di ketinggian 3.676 mdpl. Semua rasa lelah dan letih terbayarkan dengan rasa syukur. “Sungguh nikmat mana yang kau dustakan?” Dengan pengorbanan fisik dan mental selama beberapa hari pendakian, sungguh nikmat di Puncak Mahameru-lah semuanya akan terbayarkan.
Batasan jam di Puncak yaitu maksimal jam 10.00 WIB. Hal tersebut mengantisipasi bahaya wedus gembel yang dikeluarkan dari Kawah Kalijonggrang yang disinyalir akan mengarah ke Puncak Mahameru pada siang hari. Wedus gembel yang dikeluarkannya mengandung belerang yang sangat kuat dan dapat membahayakan keselamatan para pendaki. Oleh karena itu, kami turun dari Puncak sekitar jam 8.30 dan sampai di Kalimati jam 10.30, sekitar 2 jam perjalanan turun.
Jam 13.00 WIB persiapan menuju ke Danau Ranu Kumbolo dan tepat jam 14.00 WIB mulai perjalanan kembali menuju Danau Ranu Kumbolo. Perjalanan kembali terasa lebih ringan karena beberapa beban logistic sudah berkurang. Butuh waktu sekitar 2 jam untuk sampai di Danau Ranu Kumbolo. Tepat jam 16.00 WIB, kami pun segera mencari spot terbaik untuk menyaksikan sunrise dan segera mendirikan tenda.

TIM HORE was our name. No Big Deal!!


24 Agustus 2017
                Jam 05.00 WIB persiapan untuk menyaksikan sunrise. Dengan rasa dingin yang menggoda kami untuk kembali sembunyi ke tenda, kami pun jalan-jalan di sekitar danau untuk mengurangi rasa dingin. Detik-detik menjelang sunrise pun tiba, tidak sedikit para pendaki yang mengabadikan momen di Danau Ranukumbolo yang terkenal keindahannya. Beberapa produser televise pun terpesona dengan Ranu Kumbolo yang dijadikan sebagai setting tempat pembuatan film. Oleh karena itu, tidak sedikit orang awam yang penasaran dan mencoba kemping di sekitar Danau Ranu Kumbolo.
Setelah 3 hari 3 malan di area Gunung Semeru, kami pun bergegas persiapan kembali menuju ke basecamp. Jam 11.00 WIB, kami mulai perjalanan dari Danau Ranu Kumbolo menuju basecamp Ranupane. Setelah sekitar 3 jam 30 menit, tepatnya jam 14.30 WIB, kami pun sampai di basecamp Ranupane. Istirahat sejenak sembari menunggu rekan tim yang masih di belakang, kemudian melapor pada loket registrasi dan menyerahkan sampah yang kami bawa.
Tepat jam 17.00 WIB, kami mulai menuju ke tempat penyedia jeep dan sesampainya di sana jam 17.00 WIB. Kami pun berpisah satu sama lain kembali ke daerah masing-masing. Ibarat pepatah “Tiada pertemuan tanpa perpisahan”, kami pun membawa pulang kenangan indah saat bersama dan hanya “Terima Kasih” yang bisa kami ucapkan satu sama lain. Salam Rimba!!

These people came from Yogyakarta and Surakarta




Pendakian Tektok Gunung Merapi 2.930 mdpl

The best part that i got there.

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif di Pulau Jawa. Erupsi terakhir pada tahun 2010. Gunung yang terletak di antara Provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah tersebut juga merupakan objek pendakian yang popular bagi kalangan pendaki. Selain pesonanya yang indah, jalur pendakian pun tidak terlalu terjal. Jalur pendakian yang paling umum dan dekat adalah melalui sisi utara yaitu Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Pendakian melalui Selo bisa ditempuh dengan waktu sekitar 4 sampai 5 jam dari basecamp ke puncak. Dikutip dari id.wikipeddia.org
Pendakian kali ini cukup spesial karena bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72. Berkaca dari tahun sebelumnya, pendakian pada saat Hari Kemerdekaan RI pasti sangat ramai dan resikonya adalah berebut tempat mendirikan tenda. Tanpa berpikir panjang, rekan saya mengajak untuk melakukan pendakian tektok Gunung Merapi. Secara harfiah, yang dikutip dari www.pendaki.info, tektok adalah pergi ke suatu tempat kemudian pulang dalam waktu satu hari. Dalam pengertian pendakian yaitu melakukan pendakian dari basecamp sampai kepuncak dan kemudian dilanjutkan turun dari puncak ke basecamp dalam waktu 24 jam.
Saya pun tertarik mengingat pendakian Gunung Merapi tidak cukup terjal serta waktu yang dibutuhkan dari basecamp menuju ke Pasar Bubrah sekitar 4-5 jam. Tepatnya tanggal 16 Agustus 2017, kami (Atok, Nasir, Dewi, Andri, dan Adi) berangkat dari Jogja jam 18.30 WIB menuju Selo. Sesampainya di basecamp Selo jam 20.30 WIB. Kami pun segera menuju loket registrasi pendakian dan ternyata memang benar dugaan kami yaitu cukup ramai dan kendaraan bermotor pun sampai tumpeh-tumpeh di parkiran. Sembari istirahat sejenak menunggu jam 12.00 WIB, kami segera prepare perlengkapan hangat mengingat pendakian di malam hari cukup mengganggu selera humor kami. Kami pun tidak lupa membawa peralatan kelompok dengan lengkap kecuali tenda.

Mount Merbabu always be my fav background.
Tepat jam 12.00 kami segera mulai pendakian tektok dan sekitar 1 jam kami sampai di Pos Gerbang Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Setelah sekitar 40 menit kemudian, kami sampai di Pos 1. Perjalanan tidak terasa melelahkan karena tidak sedikit pendaki yang ingin sampai Pasar Bubrah dan mengibarkan bendera Sang Merah-Putih. Kami pun dengan semangat melanjutkan perjalanan di tengah dinginnya angin. Sekitar jam 05.00 WIB kami sampai di Pasar Bubrah. Menghangatkan diri sembari menunggu sang mentari unjuk gigi, kami pun membuat minuman hangat.

For the waving flag in the sky. Long life Indonesia!!
Sekitar jam 07.00 WIB kami pun turut bergabung dalam upacara pengibaran Sang Merah-Putih. Dalam suasana rasa bangga dan rasa syukur atas kesempatan kemerdekaan ini, kami melantunkan lagu nasional Indonesia Raya. Pengorbanan fisik dan mental selama pendakian pun terbayarkan saat berdiri dengan hormat di depan Sang Merah-Putih. Setelah upacara usai sekitar jam 07.30 WIB, kami segera turun menuju basecamp dan sampai di basecamp jam 11.00 WIB.


Thursday, August 10, 2017

Bakti Sosial Mahasiswa HMPG EP UAD di Playen



Sebagai implementasi dari salah satu tri dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan kegiatan bakti sosial di Panti Asuhan Mata Hati yang berlokasi di Grogol, Paliyan, Gunungkidul. Panti tersebut menerima anak-anak yatim piatu yang berjumlah sekitar 40 anak. Program Bakti Sosial dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ekonomi Pembangunan yang diketuai oleh Hendrik Septiawan. Kegiatan yang berlangsung selama 4-6 Agustus 2017 tersebut terbagi menjadi beberapa program sosial mulai dari Bersih Desa, Kegiatan Bazar, Pertunjukan Drama, Kegiatan TPA, Kegiatan Kerajinan, dan Kegiatan Pendidikan. Pada Kegiatan Pendidikan, saya mendampingi salah satu anak yang mengalami hambatan dalam penglihatan. Saya pun mengajaknya membaca dan menulis Braille. Tidak hanya anak yang belajar Braille, mahasiswa-mahasiswi dari HMPS EP juga turut serta gabung belajar Braille. Alhasil, kami pun saling sharing pengalaman terkait bidang yang digelutinya masing-masing. Meskipun berbeda almamater, saya terkesan akan pengalaman berharga bisa menjadi bagian yang diperlukan dalam pengabdian masyarakat yang difasilitasi oleh Universitas Ahmad Dahlan.