Sabtu dan
Minggu, 28 dan 29 Januari 2017, bertepatan hari libur imlek yang jatuh pada
tanggal 28 Januari 2017, saya dan teman-teman (Antok, Zikril, dan Pico)
merencanakan untuk melakukan pendakian yang tentunya belum pernah kami daki
sebelumnya, prioritasnya yaitu Gunung Merapi. Ada beberapa pertimbangan dalam
memilih Gunung Merapi, yaitu ketinggian yang sedang, jalur pendakian tidak
terlalu ekstrem, dan cuaca yang kurang mendukung di musim hujan juga salah satu
bagian dari kewaspadaan tersendiri.
Gunung Merapi merupakan
salah satu gunung api yang masih aktif di Indonesia. Letusan terakhir pada
tahun 2010 yang mereduksi ketinggian puncaknya. Gunung yang memiliki titik
puncak tertinggi 2.930 mdpl tersebut mempunyai dua jalur trekking yang terdiri
dari jalur Selo (Boyolali, Jawa Tengah) dan jalur Kinaharjo (Kaliurang,
Yogyakarta). Untuk pendakian ini, kami memilih jalur pendakian Selo (Boyolali)
karena jalur pendakiannya aman dan jarak tempuhnya hanya sekitar 4-5 jam dari basecamp menuju Puncak Merapi. Jalur
pendakian Selo melewati 5 titik sebelum sampai ke Puncak Merapi yaitu basecamp
Selo, Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), Pos I, Pos II, dan Pasar Bubrah,
yang totalnya berjarak sekitar 3,4 Km. Estimasi waktu dari basecamp Selo ke
TNGM yaitu sekitar 60 menit, TNGM menuju ke Pos I yaitu 45 menit, Pos I menuju
Pos II yaitu 60 menit, Pos II menuju Pasar Bubrah yaitu 45 menit, dan Pasar
Bubrah menuju Puncak Merapi yaitu 60 menit.

Pendakian
diawali dari Terminal Jombor menuju basecamp Selo (Boyolali) dengan menggunakan
sepeda motor. Waktu yang dibutuhkan yaitu sekitar 2 jam 30 menit, berangkat
pukul 09.30 WIB dan sampai pukul 12.00 WIB. Sesampainya di basecamp, kami
melakukan registrasi pendakian dengan total biaya Rp. 18.500 per orang. Setelah
itu, kami istirahat dan packing
sampai pukul 13.00 WIB. Sekitar pukul 13.15 WIB, kami mulai berangkat dari
basecamp Selo. Waktu perjalanan dari basecamp menuju TNGM yaitu sekitar pukul
14.30 WIB dengan perjalanan santai, kemudian lanjut menuju ke Pos I sampai
pukul 15.30 WIB. Karena cuaca hujan, kami menyempatkan istirahat di Pos I
dengan ditemani hewan endemik Gunung Merapi, yaitu monyet. Selain itu, kami
juga menyempatkan untuk berbincang-bincang dengan pendaki lain. Beberapa
pendaki sudah ada yang mendirikan tenda di Pos I karena cuaca yang kurang
mendukung yaitu badai angin, kabut, dan hujan. Setelah berbagi kopi panas di
tengah dinginnya gunung merapi, kami melanjutkan perjalanan menuju Pos II dan
sesampainya pukul 16.30 WIB. Rencana awal kami yaitu mendirikan tenda di Pos
II, namun karena di Pos II sudah penuh dengan tenda para pendaki lain, kami pun
melanjutkan perjalanan untuk mencari tempat lapang yang pas untuk mendirikan
tenda. Akhirnya kami mendirikan tenda di antara Pos II dan Pasar Bubrah. Pasar
Bubrah merupakan tanah lapang yang mampu menampung tenda dengan kapasitas
banyak, namun di musim penghujan, kondisi di Pasar Bubrah tidak disarankan
untuk mendirikan tenda karena badai angina, kabut, dan disertai hujan sering
terjadi di sekitar Pasar Bubrah. Hal tersebut beresiko terhadap keselamatan
para pendaki.

Pendirian
tenda di antara Pos II dan Pasar Bubrah menjadi salah satu pilihan yang tepat.
Beberapa batu besar dan pohon yang lebat di sekitarnya dapat mengurangi atau
memecah arah angin. Kondisi saat itu, dari pukul 18.00 WIB (28 Januari 2017)
sampai jam 08.00 WIB (29 Januari 2017), yaitu hujan lebat yang disertai angina,
kabut, dan gemuruh petir. Beberapa cover tenda pendaki lain lepas dari tenda
utamanya. Hal tersebut memang tidak bisa dihindarkan karena cuaca di musim
hujan sangat ekstrem. Sampai pukul 08.00 WIB, kami pun memutuskan untuk lanjut
ke Pasar Bubrah, dan sesampainya di Pasar Bubrah pukul 08.30 WIB. Pasar Bubrah
menjadi titik terjauh pendakian di musim hujan. Para pendaki dilarang melewati
Pasar Bubrah karena cuaca yang tidak memungkinkan untuk menuju ke Puncak
Merapi. Hal tersebut dilakukan sebagai antisipasi dan usaha meminimalkan korban
yang tidak diinginkan. Kondisi di Pasar Bubrah pun berkabut yang disertai
angina dan gerimis, sehingga Puncak Merapi yang seharusnya dapat terlihat dari
Pasar Bubrah tidak terlihat sama sekali. Setelah itu, kami pun memutuskan untuk
balik ke tenda dan persiapan turun. Kami mulai turun pukul 10.00 WIB dan sampai
di basecamp pukul 13.00 WIB. Kami langsung lapor ke basecamp dan persiapan
pulang ke Jogja pukul 14.30 WIB lewat jalur boyolali, dan sampai di Jogja pukul
17.00 WIB dengan suasana perjalanan yang romantis disertai hujan lebat.