Per Ardua Ad Astra

  • This is Slide 1 Title

    This is slide 1 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 2 Title

    This is slide 2 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 3 Title

    This is slide 3 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

Sunday, November 20, 2016

Suara Hati di SLB Puspa Melati

Pengurus dan Relawan Suara Hati foto bersama siswa
SLB Puspa Melati.

Suara Hati merupakan sebuah kelompok relawan yang dibentuk oleh Yayasan Sayap Ibu yang beralamat di Jl. Rajawali No.3 Pringwulung Depok Sleman pada tanggal 19 November 2006. Kelompok relawan terdiri orang-orang yang mempunyai latar pendidikan yang berbeda, tetapi mempunyai satu tujuan yaitu membantu Panti Asuhan di sekitar Yogyakarta dalam mendidik, menghibur, dan membantu anak-anak yang tinggal di Panti Asuhan. Namun, semakin usianya bertambah, Suara Hati melebarkan sasarannya yaitu tidak hanya anak-anak, tetapi juga orang lanjut usia dan anak berkebutuhan khusus yang berada di seluruh Yogyakarta.
Bertepatan dengan hari ulang tahunnya yaitu 19 November, Suara Hati memperingatinya dengan cara yang spesial yaitu dengan mengadakan acara kemping di SLB Puspa Melati. Kemping yang diagendakan pada hari Sabtu dan Minggu, 19 dan 20 November 2016, tersebut melibatkan siswa berkebutuhan khusus (BK). Panitia dari Suara Hati merupakan pengurus dan relawan Suara Hati yang berjumlah 15 orang dan siswa BK yang terlibat sekitar 20 anak. Kegiatan dalam memperingati satu dekade berdirinya Suara Hati tersebut terdiri dari dua kegiatan. Kegiatan pertama pada hari Sabtu yaitu siswa BK dibagi menjadi empat kelompok, kelompok pertama yaitu siswa membuat es krim yang terdiri dari kelas rendah SDLB, kelompok kedua yaitu siswa mengikuti tata rias yang terdiri dari kelas tinggi SDLB, kelompok ketiga yaitu keterampilan membuat senter yang terdiri dari kelas SMPLB, dan kelompok keempat yaitu keterampilan mencuci motor yang terdiri dari kelas SMALB, serta pemotongan tumpeng nasi kuning dan pembagian bingkisan bagi siswa BK. Pada malamnya, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan membakar jagung dan berbincang seputar personality. Pada hari Minggu, kegiatan kedua yaitu senam pagi dan memasak sarapan, siswa BK yang terlibat di hari Minggu yaitu siswa yang tinggal di asrama SLB Puspa Melati sekitar 7 anak. Kegiatan selama dua hari tersebut cukup mengesankan bagi siswa dan Suara Hati, pasalnya mereka dapat belajar satu sama lain di lingkungan sosial.


Thursday, November 3, 2016

DISKUSI ASPIRASI: TRANSPORTASI

Para peserta sedang berdiskusi
Mobilitas berpengaruh dengan tingkat kesejahteraan hidup manusia, semakin tinggi tingkat mobilitas semakin mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, semakin terhambat semakin rendah tingkat kesejahteraannya. Namun, realita yang terjadi pada penyandang disabilitas yang mempunyai keterbatasan tertentu dalam mobilitas dan komunikasi adalah kondisi lingkungan di sekitarnya tidak akses bagi mereka. Yang mereka butuhkan adalah positif diskriminasi, yaitu penyediaan akses khusus yang membantu mereka dalam hambatan dan mobilitas.
Dengan mengusung perihal tersebut, Komite Disabilitas DIY mengadakan diskusi aspirasi dengan tema transportasi. Transportasi berkaitan dengan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas yang secara hukum mempunyai hak yang sama. Diskusi aspirasi tersebut berlangsung pada tanggal 23 Oktober 2016 mulai pukul 10.00 sampai 13.00 WIB bertempat di Kantor Komite Disabilitas DIY yang beralamat di Gang Lurik Jalan Kingkin No.1 RT 08 Nitipuran Ngestiharjo, Jalan Wates KM 2,5 Yogyakarta. Peserta merupakan perwakilan dari komunitas yang bergerak di bidang disabilitas di daerah Yogyakarta, yaitu Difa Ojeg, SAPDA, Yakkum, Sigab, Ciqal, DMC, WKCP, DTLS, DAC, Karinakas, PPDI, HWDI, ITMI, Pertuni, dan Gerkatin.
Masukan dari penyandang tunarungu terkait dengan transportasi yaitu terkait dengan sarana dan prasarana yaitu perlu adanya visual aids berupa tanda atau rambu tertentu seperti tanda toilet untuk laki-laki dan perempuan, tanda arah ke tempat mushola, dan tanda area parkir. Visual aids berupa tanda akan lebih mudah diakses daripada tulisan. Hal tersebut karena mayoritas penyandang tunarungu tidak bisa membaca tulisan. Selain itu, hambatan dalam berkomunikasi juga menjadi salah satu hal perlu diperhatikan bahwa sebagian besar tunarungu mengalami kesulitan dalam bertanya dengan menggunakan bahasa insyarat atau bahasa oral pada masyarakat umum.
Salah satu syarat untuk mengendarai kendaraan adalah harus mempunyai SIM. Bagi penyandang tunarungu, untuk mendapatkan SIM merupakan hal yang cukup sulit didapat. Hal tersebut dikarenakan salah satu syaratnya adalah ujian tulis. Ujian tulis melibatkan kemampuan akademik baca, tulis, dan hitung (calistung), tetapi sebagian besar penyandang tunarungu tidak mampu calistung. Oleh karena itu, masukan dari penyandang tunarungu kepada pemerintah adalah sebaiknya ujian tulis SIM bagi mereka bisa diganti dengan ujian praktek atau ujian visual.
Melakukan mobilitas merupakan suatu aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupannya secara mandiri, terutama bagi penyandang tunanetra yang hanya bisa mengandalkan jasa transportasi. Untuk mengakses jasa transportasi tidaklah mudah bagi mereka. Oleh karena itu, beberapa masukan dari penyandang disabilitas terkait hal tersebut dan sarananya, yaitu dengan tergantinya kendaraan umum dengan bus trans daerah, jumlah kendaraan umum semakin sedikit. Padahal, kendaraan umum dapat terakses di tempat manapun, sedangkan bus trans daerah hanya bisa diakses dengan menuju halte terdekat yang jarang ditemukan di daerah pinggiran. Selain itu, jarak tempuh yang dibutuhkan juga lebih lama karena sebagian besar bus trans daerah tidak langsung ke tempat tujuan melainkan menuju tempat-tempat lain. Kesadaran pengemudi dan kondektur bus trans daerah tersebut juga perlu diperhatikan karena ada beberapa kejadian yang berbahaya bagi pendanyang tunanetra. Kejadian tersebut yaitu ketika bus akan transit ke halte, pintu bus tidak dekat dengan halte, sehingga penyandang tunanetra jatuh terperosok ke bawah. Terlepas dari transportasi umum, penyandang tunanetra bisa menggunakan jasa transportasi pribadi seperti ojeg dan taksi, namun biaya yang dikeluarkan oleh penyandang tunanetra tidak sedikit.
Terkait penyandang tunanetra, lampu lalu lintas perlu dimodifikasi dengan pengeras suara agar penyebrang tunanetra dapat mengetahui waktu yang dibutuhkan dalam menyebrang. Hal tersebut perlu dlakukan karena hanya dengan mengacungkan tongkat melawat saja kurang efektif. Hal ini juga tidak lepas dari banyaknya pengendara motor yang ugal-ugalan. Terkait hal tersebut, teman penulis yang mengalami tunanetra juga mempunyai cerita terkait kisah pribadinya. Di area kampus, teman tersebut menyebrang dengan mengacungkan tongkat melawat tetapi ada saja mobil yang tetap menerjang dan menabraknya, alhasil sedikit luka lecet karena tabrakan tidak bisa dihindari.

 Pelayanan transportasi memang penting, khususnya bagi penyandang disabilitas yang notabene memerlukan perlakuan khusus. Perlakuan khusus tersebut bukan semata-mata mendeskriminasikan secara negatif bagi mereka, melainkan mendeskriminasikan secara positif agar hak untuk mendapatkan pelayanan umum setara dengan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, masukan terkait pelayanan umum adalah perlunya tata cara pelayanan tersebut diatur dengan melibatkan penyandang disabilitas sehingga pegawai atau penyedia jasa dapat melayani penyandang disabilitas dan perlu adanya wawasan mengenai penyandang disabilitas sebagai syarat dalam membuat SIM agar pelayanan bisa lebih baik. Hal tersebut juga perlu didukung oleh pemerintah dengan mengadakan sosialisasi dan pelatihan bagi pegawai atau penyedia jasa transportasi umum.