Saya berada di puncak GAP. |
Gunung Api Purba yang terletak
di desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, merupakan gunung yang terbentuk dari
pembekuan magma yang terjadi kurang lebih 60 juta tahun yang lalu. Susunan batuannya
berupa andesit, lava, dan breksi andesit (sumber: Wikipedia). Gunung Api purba
yang berada di ketinggian 700 mdpl ini memberikan suasana tersendiri bagi para
wisatawan yang ingin mencoba naik gunung. Bagi wisata awam, pendakian dari
pintu masuk sampai ke puncak membutuhkan waktu sekitar 2 jam dengan jalan
santai. Di sepanjang jalur pendakian juga tersedia tempat istirahat yang nyaman
dengan fasilitas toilet yang memadai. Jalur pendakiannya juga terawat dengan
baik, hal tersebut bisa dilihat di sepanjang jalur hampir di semen dan setiap
tanjakan diberi tali untuk pegangan, plangisasi juga sudah diposisikan di
sudut-sudut persimpangan jalur pendakian. Tidak hanya itu, bagi wisatawan yang
kekurangan bekal makanan dan minuman bisa mampir ke warung-warung yang berada di
beberapa titik jalur pendakian.
Pengembangan Kawasan Ekowisata
Gunung Api Purba diawali oleh Kelompok Pemuda Karang Taruna Desa Nglanggeran
sejak tahun 1999 dengan berbagai kegiatan aktif dalam menjaga kelestarian
lingkungan di Gunung Api Purba tersebut. Sekarang, pengelolaan kawasan
ekowisata tersebut dikelola oleh Badan Pengelola Desa Wisata (BPDW) yang
melibatkan masyarakat dari Ibu PKK, Kelompok Tani, Pemerintah Desa dan Karang Taruna.
BPDW tersebut juga didampingi oleh Dinas Budaya dan Pariwisata Gunungkidul
sejak tahun 2007 (sumber: gunungapipurba.com). Pengembangan tersebut tentunya
juga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dan meningkatkan
ekonomi secara signifikan. Dengan biaya tiket masuk wisatawan lokal sebesar Rp.
15.000,00 per orang, tentunya biaya tersebut sudah mengkover biaya pemeliharaan
fasilitas di sepanjang jalur pendakian.
Indahnya matahari tenggelam di arah barat. |
Sedikit cerita terkait
pendakian saya di Gunung Api Purba. Pendakian kali ini merupakan kali ketiga
saya menginjakkan kaki di Gunung Api Purba. Tepatnya pada tanggal 20 Agustus
2016, 2 hari setelah melakukan pendakian Gunung Slamet (3.428 mdpl), saya dan
teman saya yang berasal dari Narmada, Lombok Barat, NTB mengisi waktu luang di
hari Sabtu untuk mencari suasana yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Perjalanan
kami dimulai dari UNY sekitar jam 13.00 WIB dan sesampainya di pos tiket masuk
sekitar jam 14.30 WIB. Kami pun langsung bergegas melakukan pendakian dengan
perbekalan air minum 1 liter dan roti 2 bungkus. Hampir di setiap jalur
pendakian, teman saya yang sangat antusias selalu mengabadikan momen-momennya
di setiap sudut, sedangkan saya hanya membayangkan betapa bersyukurnya atas
nikmat Tuhan YME atas pendakian Gunung Slamet yang baru terjadi 2 hari
sebelumnya. Perbedaannya sungguh jauh, ketika saya mendaki di Gunung Slamet
tentunya perbekalan yang dibawa super lengkap dan logistik harus cukup untuk 2
hari 1 malam, sementara di Gunung Api Purba hanya cukup membawa air minum 1
liter dan 2 buah roti bungkus. Namun, keduannya tersebut memberikan kesan
tersendiri bagi saya yang suka ketenangan dan hal-hal yang berbau alam seperti
pendakian ini.
Tempat yang luas dan ramai oleh wisatawan. |
Setelah melakukan dokumentasi
di setiap spot, kami pun berhenti di tempat luas yang ramai untuk mengabadikan
momen-momen selama di Gunung Api Purba. Di tempat tersebut, jam tangan sudah
menunjukkan angka 15.30 WIB, kami pun memutuskan untuk beristirahat dan
menunggu sore untuk melanjutkan ke puncak. Sekitar pukul 17.00 WIB, kami
melanjutkan pendakian menuju puncak melalui jalur pendakian yang sempit dan
berbatu, dan sesampainya di Puncak Gunung Api Purba tersebut sekitar jam 17.30
WIB. Lumayan banyak wisatawan yang menuju puncak untuk menyaksikan indahnya
sunset dari ketinggian 700 mdpl. Di atas ketinggian 700 mdpl tersebut pula,
sang merah putih berdiri kokoh di tiang dan berkibar dengan gagah berani.
0 comments:
Post a Comment