Per Ardua Ad Astra

Thursday, August 25, 2016

Gunung Api Purba - Nglanggeran (700 mdpl)

Saya berada di puncak GAP.
Gunung Api Purba yang terletak di desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, merupakan gunung yang terbentuk dari pembekuan magma yang terjadi kurang lebih 60 juta tahun yang lalu. Susunan batuannya berupa andesit, lava, dan breksi andesit (sumber: Wikipedia). Gunung Api purba yang berada di ketinggian 700 mdpl ini memberikan suasana tersendiri bagi para wisatawan yang ingin mencoba naik gunung. Bagi wisata awam, pendakian dari pintu masuk sampai ke puncak membutuhkan waktu sekitar 2 jam dengan jalan santai. Di sepanjang jalur pendakian juga tersedia tempat istirahat yang nyaman dengan fasilitas toilet yang memadai. Jalur pendakiannya juga terawat dengan baik, hal tersebut bisa dilihat di sepanjang jalur hampir di semen dan setiap tanjakan diberi tali untuk pegangan, plangisasi juga sudah diposisikan di sudut-sudut persimpangan jalur pendakian. Tidak hanya itu, bagi wisatawan yang kekurangan bekal makanan dan minuman bisa mampir ke warung-warung yang berada di beberapa titik jalur pendakian.

Pengembangan Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba diawali oleh Kelompok Pemuda Karang Taruna Desa Nglanggeran sejak tahun 1999 dengan berbagai kegiatan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan di Gunung Api Purba tersebut. Sekarang, pengelolaan kawasan ekowisata tersebut dikelola oleh Badan Pengelola Desa Wisata (BPDW) yang melibatkan masyarakat dari Ibu PKK, Kelompok Tani, Pemerintah Desa dan Karang Taruna. BPDW tersebut juga didampingi oleh Dinas Budaya dan Pariwisata Gunungkidul sejak tahun 2007 (sumber: gunungapipurba.com). Pengembangan tersebut tentunya juga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dan meningkatkan ekonomi secara signifikan. Dengan biaya tiket masuk wisatawan lokal sebesar Rp. 15.000,00 per orang, tentunya biaya tersebut sudah mengkover biaya pemeliharaan fasilitas di sepanjang jalur pendakian.

Indahnya matahari tenggelam di arah barat. 
Sedikit cerita terkait pendakian saya di Gunung Api Purba. Pendakian kali ini merupakan kali ketiga saya menginjakkan kaki di Gunung Api Purba. Tepatnya pada tanggal 20 Agustus 2016, 2 hari setelah melakukan pendakian Gunung Slamet (3.428 mdpl), saya dan teman saya yang berasal dari Narmada, Lombok Barat, NTB mengisi waktu luang di hari Sabtu untuk mencari suasana yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Perjalanan kami dimulai dari UNY sekitar jam 13.00 WIB dan sesampainya di pos tiket masuk sekitar jam 14.30 WIB. Kami pun langsung bergegas melakukan pendakian dengan perbekalan air minum 1 liter dan roti 2 bungkus. Hampir di setiap jalur pendakian, teman saya yang sangat antusias selalu mengabadikan momen-momennya di setiap sudut, sedangkan saya hanya membayangkan betapa bersyukurnya atas nikmat Tuhan YME atas pendakian Gunung Slamet yang baru terjadi 2 hari sebelumnya. Perbedaannya sungguh jauh, ketika saya mendaki di Gunung Slamet tentunya perbekalan yang dibawa super lengkap dan logistik harus cukup untuk 2 hari 1 malam, sementara di Gunung Api Purba hanya cukup membawa air minum 1 liter dan 2 buah roti bungkus. Namun, keduannya tersebut memberikan kesan tersendiri bagi saya yang suka ketenangan dan hal-hal yang berbau alam seperti pendakian ini.


Tempat yang luas dan ramai oleh wisatawan.
Setelah melakukan dokumentasi di setiap spot, kami pun berhenti di tempat luas yang ramai untuk mengabadikan momen-momen selama di Gunung Api Purba. Di tempat tersebut, jam tangan sudah menunjukkan angka 15.30 WIB, kami pun memutuskan untuk beristirahat dan menunggu sore untuk melanjutkan ke puncak. Sekitar pukul 17.00 WIB, kami melanjutkan pendakian menuju puncak melalui jalur pendakian yang sempit dan berbatu, dan sesampainya di Puncak Gunung Api Purba tersebut sekitar jam 17.30 WIB. Lumayan banyak wisatawan yang menuju puncak untuk menyaksikan indahnya sunset dari ketinggian 700 mdpl. Di atas ketinggian 700 mdpl tersebut pula, sang merah putih berdiri kokoh di tiang dan berkibar dengan gagah berani.

0 comments:

Post a Comment