Per Ardua Ad Astra

Wednesday, August 24, 2016

Fase Perkembangan Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)


Perhatian masyarakat umum terhadap dunia pendidikan luar biasa yang ditujukan bagi anak berkebutuhan khusus relatif masih baru. Menurut Mohammad Amin dan Andress Dwidjosumarto (1979) dalam Muljono Abdurrachman dan Sudjadi (1994:248), perhatian dalam pendidikan tersebut terbagi menjadi tiga fase perkembangan pendidikan ABK, yaitu fase pengabaian, fase pemberian perlindungan, dan fase pemberian pendidikan. Adapun penjabaran dari ketiga fase tersebut yaitu sebagai berikut:
1.       Fase Pengabaian
Pada zaman Sparta, anak yang mengalami kelainan dibunuh dan dieksploitasi untuk pertunjukan. Sisa-sisa eksploitasi tersebut masih berlangsung hingga saat ini, terutama pada anak yang mengalami bentuk fisik lebih kecil dari anak seusianya (kretin atau kerdil).
2.       Fase Pemberian Perlindungan
Di Cina, perlindungan bagi anak yang menyandang ketunaan telah dilakukan sejak zaman Confusius yang menganjurkan anak yang mengalami ketunaan tetap disebut sebagai anak dan tidak dibedakan dari anak seusianya.
3.       Fase Pemberian Pendidikan
Pada tahun 1500-an, pendidikan untuk ABK baru dimulai di beberapa negara. Pada decade pertama abad 19, para pemimpin Amerika Serikat seperti Horace Mann, Samuel Gridley Howe, dan Dorothea Dix menggerakkan sekolah berasrama bagi anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, epilesi, dan yatim piatu. Sekolah tersebut memberikan berbagai pelatihan dan juga memberikan perlindungan lingkungan sepanjang hidup. Pada awal tahun 1871, Samuel Gridley Howe meramalkan bahwa masa depan pendidikan ABK dapat terintegrasi dengan anak seusianya di sekolah biasa.

Sumber:
Muljono Abdurrachman dan Sudjadi. (1994). Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta: Depdikbud.


0 comments:

Post a Comment