Siapa
sih yang ngga pengen lulus kuliah S1 tepat waktu? Apalagi kumlot (CUM LAUDE) dan masa studinya kurang dari
4 tahun gitu, wah pasti bangga dan sangat menjadi contoh dari adik-adik tingkat
di perkuliahan. Diundang dalam acara-acara kampus kaya percepatan studi,
dibicarakan oleh dosen sebagai contoh baik, dan aktif dalam berbagai organisasi.
Ibarat bicara makanan, mereka di atas adalah termasuk makanan kategori foodporn yang bisa menggairahkan para
konsumen untuk segera menikmatinya, sedangkan orang-orang yang tidak termasuk
di atas bisa jadi termasuk makanan junk
foods yang bisa dijadikan alternatif bagi para konsumen di atas dan masih
tetap laku juga buat konsumen dengan low
money. Okay, today we won’t talk about the kind of foods that we eat or
desire, but we can learn from them. God is very amazing to create people in the
beautiful differences. It means that everybody or person was born to be a great
and wonderful one on his/her own way. Like what I‘ve got now, it was pretty
challenging for getting through, but there are lots of great points of the
life. Here we go, let’s enjoy my writing of my real story in tackling the
bachelor thesis.
Kesempatan
untuk Berpikir dan Memilih
Gue
masih inget bener, pada saat pengajuan dosen pembimbing di semester 6, gue
dikasih 3 kesempatan untuk menuliskan dosen idaman yang akan menemani gue
selama mengerjakan skripsi. Saat itu, setelah kuliah statistik yang diampu oleh
bidadari (kata Meisya, salah satu temen baru gue di akhir perkuliahan) yang
nama aslinya adalah Mrs. Tin Suharmini, M.Si, kami bener-bener mikir 3 nama
favorit yang menjadi andalan super di jurusan untuk mendapatkan gelar mahasiswa
lulus tercepat. Gue juga ngga jaim ya, gue sempet mikir bentar background dari masing-masing dosen yang
mau gue pick up. Pertama, gue milih
bidadari a.k.a Mrs. Tin Suharmini, M.Si dengan alasan gue pengen cepet lulus,
buktinya tahun kemarin ada mahasiswa bimbingan beliau yang lulus dengan masa studi
3 tahun 6 bulan, pokoknya bisa jadi rekor muri di jurusan PLB. Oh iya, gue
kasih bocoran dikit ya, di PLB FIP UNY jarang ada yang namanya semester pendek
atau khusus, jadi mau ngga mau tetep kuliah dengan paketan yang super
mengerikan dan pada semester 7 masih ada paketan mata kuliah teori, hampir
mustahil lah buat lulus dengan masa studi 3 tahun 6 bulan. Lanjut pilihan dosen
kedua, dosen kedua pun juga gue pilih dengan latarbelakang bimbingan yang super,
yang sudah mencetak lulusan dengan masa studi kurang dari 4 tahun. Beliau
adalah dosen pembimbing akademik gue yang bernama Mr. Prof. Dr. Edi Purwanta,
M.Pd, sekarang jadi wakil rektor II UNY. Kedua dosen tersebut memang punya aura
khusus bagi mahasiswa-mahasiswa yang pengen lulus dengan masa studi kurang dari
4 tahun.
Milih
dosen pembimbing skripsi saja harus dipikir mateng-mateng, biar ngga salah
penempatan atau kurang sesuai yang diinginkan. Yah, boleh dibilang kaya mau
daftar ujian tertulis yang milih beberapa jurusan favoritnya, eh tau tau ngga
keterima, “sakitnya tuh di sini (nunjuk
otak)”, dan lanjut ke universitas buangan “kata orang-orang”. Sebenernya itu bukan masalah dimana Anda akan
kuliah, entah Anda mau kuliah di negeri atau swasta, di kota atau di pelosok,
di negeri dan di dalam negeri, itu hanya remarks
dari sebagian besar orang-orang yang menilai karena individunya banyak
mencoretkan tinta emas, so what? Menurut
gue, gue ngga mau terkalahkan karena hanya dengan remarks tersebut gue merasa minder dan feeling disappointed, and just say to yourselves inside that wherever
you learn you always have a chance to spread your wings and believe in you that
you won’t let the life knocks you down. You are extremely worthy.
Lanjut,
sebagai antisipasi bahwa dosen pertama dan kedua ngga bakal jadi dosen
pembimbing skripsi gue. Gue bener-bener ngga mau jatuh ke genangan comberan,
yaitu gue harus memutuskan kalo gue tahu background
dari calon dosen pembimbing skripsi gue, gue ngga mikir cepet atau tidaknya
masa studi yang gue tempuh, gue cuma pengen belajar skripsi dan gue dapet ilmu
dari dosen pembimbing skripsi gue. Akhirnya, gue mempertimbangkan bener untuk
pilihan terakhir gue nih, daripada gue dapet dosen pembimbing yang cap-cip-cup alias masa depan gue bukan
gue yang menentukan, gue dengan gagah dan berani serta sedikit rasa dag-dig-dug gue memutuskan untuk dosen
pilihan pembimbing yang ketiga adalah Mrs. Dr. Ishartiwi, M.Pd alias chairman of master’s degree in special
education at YSU. Beliau memang dikenal sangat angker, karena cara mengajar
dan membimbingnya super dan super sekali, ngga pandang bulu buat ngasih
pembenaran atas kesalahan, bahkan sekalipun dosen.
Hari
demi hari, terasa kosong tanpa adanya kejelasan, bulan demi bulan mulai nampak
hilal dari ufuk barat. Akhirnya pengumuman dosen pembimbing skripsi pun
dipajang di papan pengumuman depan jurusan PLB. Gue udah pasrah sih, entah
siapa dosen yang jadi pembimbing gue, gue bakal bersyukur dan fighting!. Dan ternyata, dengan dada
yang berkembang-kempis antara nyata dan tidak nyata, antara menerima dan tidak
menerima, dosen pembimbing gue adalah Mrs. Dr. Ishartiwi, M.Pd. Pada awal
pengumuman saja, gue langsung merinding melihat namanya, apalagi kalo bertemu
langsung, bisa-bisa gue nangis darah di tempat. Pantes saja, banyak mahasiswa
yang bilang beliau sangat angker dan realitanya memang jarang yang pada milih
beliau, dan ujung-ujungnya mereka yang ngga dapet dosen favorit ya kena kembang
kuncup yaitu masuk ke dunia asral. Kalo ini nih yang tambah parah, gue aja yang
milih agak dag-dig-dug hati bergetar,
apalagi yang ngga milih alias menghindari dapet beliau tapi eh malah dapet Mrs.
Dr. Ishartiwi, M.Pd, pastinya yang angker bukan hanya dosennya tapi mahasiswa
juga lebih angker.
0 comments:
Post a Comment