Per Ardua Ad Astra

Tuesday, May 17, 2016

WKCP goes to Dieng Plateau

Indahnya kebersamaan, tanpa ada diskriminasi :))
Loc: Telaga Warna, Dieng Plateau 
Setelah menguras tenaga beberapa bulan yang lalu, tepatnya sih sekitar 4 bulan 14 hari dimulai dari Januari sampai pertengahan Mei, kami sebagai relawan WKCP mendapat hadiah dari pengurus WKCP, hadiahnya adalah liburan. Liburannya juga ngga tanggung-tanggung nih, yaitu menjajah dataran tinggi Dieng. Rencana dari sang khalik, maksudnya dikoordinasi oleh Bu Anis, perjalanan akan dimaksimalkan selama 24 jam, yuk intip rencana perjalanannya, keberangkatan disusun mulai pada malam hari, Sabtu malam jam 23.30 WIB dengan titik kumpul di sekretariat WKCP, estimasi jam 04.00 sudah sampai di Sikunir, tempat dimana Anda bisa melihat golden sunrise, jam 04.30 WIB naik ke puncak dan waktu maksimal di Sikunir adalah jam 06.30 WIB. Kemudian lanjut buat sarapan di sekitar Dieng dengan waktu maksimal 07.30 WIB dan lanjut ke tempat wisata Kawah Sikidang sampai jam 09.00 WIB, dan jam 09.00 – 11.00 WIB adalah waktu untuk menghabiskan waktu di Candi Arjuna. Selanjutnya, Telaga Warna adalah tujuan wisata terakhir dari perjalanan kami di Dieng dari jam 11.00 – 13.00 WIB. Dan sebelum pulang, kami pun berencana mampir di tempat oleh-oleh dan makan siang bersama. Itulah rencana dari perjalanan kami selama di Dieng.

Kami sudah di puncak Sikunir, tempat menyaksikan
golden sunrise.
Lanjut ke realitanya, perjalanan dimulai pada hari Jumat malam (14 Mei 2015), perjalanan kali ini memang tidak dikhususkan bagi relawan WKCP, namun juga beberapa dari pengurus andil dalam kesempatannya. Relawan yang ikut adalah laki-laki: Mas Rohmad, Mas Bagus, Mas Andika, Zain, Arif, Widodo, Hasbi, dan Adi; perempuan: Isti, Nur, Yuni, Sisca, Gista, Angel, Ninda, Fanisa, Rakhma, Mesya, dan Dewi. Sementara pengurus yang ikut adalah Bu Anis, Pak Bambang, Sihab, Bu Reny, Pak Yudho, Adnan, Bu Sari, Aisyah, Bu Nina dan anaknya. Terbagi menjadi dua bis kecil, bis pertama diisi oleh para pengurus ditambah Hasbi, Widodo, Mas Rohmad, dan Mas Andika, dan bis kedua diisi oleh para relawan. Keberangkatan pun dimulai jam 23.30 WIB, taka da yang tertinggal, persiapan sudah maksimal, dan berangkat. Perjalanan melalui kota Magelang, Temanggung, dan Wonosobo. Namun, ditengah perjalanan bis 2 mengalami sedikit gangguan, terpaksa harus turun dan menunggu sebentar di tengah jalan dan dinginnya malam Wonosobo. Setelah melalui halangan – rintangan akhirnya sampailah di ujung Sikunir, walaupun agak telat sekitar pukul 05.00 WIB baru sampai, kami bergegas mendaki ke atas demi golden sunrise, dengan perjalanan yang cukup ramai karena bertepatan hari libur, kami pun melewati satu demi satu manusia di tengah dinginnya pagi hari. Akhirnya sampai di puncak sikunir, dan kami pun mencari spot yang bagus untuk menyaksikan golden sunrise merangkak. Sayangnya, menit demi menit, kabut mulai menguasai area puncak, kami dan para pencari Tuhan, maksudnya para pencari golden sunrise tidak bisa menyaksikan apapun, hanya kumpulan kabut yang tebal dan menusuk kulit kami. Yah, memang sayang untuk orang-orang yang pertama kali ke Sikunir, tetapi belum beruntung. Okay, kami pun memutuskan untuk turun dari puncak. Dalam perjalanan, saya pribadi sudah pernah ke Sikunir dan sukses mendapat golden sunrise, ada yang berbeda ketika saya pertama kali ke sini yaitu fasilitas masih minim alias alami, itu bagus menurut saya, tapi sekarang sudah seperti pasar, pasar kembang, eh, pasar malam ding, banyak pedagang jajanan dan fasilitas umum (musola, toilet, warung makan) yang membanjiri di area puncak. Perjalanan pun berlanjut. Sayangnya lagi, kemacetan umat manusia layaknya mengantri duit BLT di pertigaan jalur mendaki pun sudah membludak, sangat ramai dan ramai. Melalui panjang kali lebar, akhirnya kami sampai di tempat berkumpul dengan waktu yang agak ngaret. Tujuan selanjutnya seharusnya ke kawah Sikidang (Sikidang Creater), namun karena cuaca hujan, pas pagi, menambah dinginnya suhu di sekitar Dieng, dan akhirnya dengan keputusan yang berat kami pun membatalkan kunjungan ke kawah Sikidang. Lanjut ke jadwal selanjutnya yaitu sarapan, sarapan kali ini adalah nasi goreng dengan tempe goreng ala penduduk Dieng, dan ditemani teh panas yang berasap, namun karena dinginnya suhu di Dieng, teh panas pun terasa seperti teh hangat biasa, serius loh.

Ramainya jalur pendakian ke/turun dari Puncak Sikunir yang dipadati ribuan
umat manusia.


Candinya seharusnya bagus buat jadi background
foto, namun karena there was
fogbound
, ya begitulah.
Yap, saatnya lanjut ke Candi nih. Ditemani kabut yang masih menguasai kota Dieng, kami pun melanjutkan perjalanan ke Candi, tanpa berpikir waktu yang ditentukan, kami tebas dinginnya pagi hari di Dieng. Candi pun didapatka, namun beberapa candi utama sedang dalam proses rekonstruksi, jadi ya kurang sedap ditengok awak lah (versi Malaysia ya). Berputar dan berputar layaknya kipas angin, akhirnya kita mengakhiri kisah kita di Candi, dan lanjut ke tempat yang spesial yaitu Telaga Warna (Colour Lake). Telaga Warna merupakan salah satu tempat wisata yang tidak merugikan kalo dikunjungi, view untuk foto-foto cukup bagus, apalagi ditambah airnya yang berwarna kehijauan karena efek dari belerang. Cukuplah untuk mengambil banyak foto di beberapa spot tertentu, dan cukup melelahkan bagi kami yang hampir menjelajah setengah luas Telaga Warna tersebut. Dengan rasa lelah yang membahana, kami pun cabut dari tempat tersebut. Tempat yang dikunjungi selanjutnya adalah bukan tempat wisata biasa, tapi ….. (ayo tebak, apakah tempat selanjutnya yang akan dikunjungi?) tam.. tam… tam…. yaitu toko oleh-oleh biasa, ya memang biasa, dimana-mana toko pasti menjual barang dagangannya yang hampir sama, jenis dan mereknya. Akhirnya, beberapa dari kami sudah puas membeli barang dagangannya, termasuk saya, ya itung-itung mencintai produk lokal (walau biaya agak mahal), yang penting halal, dan masuk akal. Hahaha…. Intinya dari perputaran ekonomi lokal adalah adanya kesempatan warga lokal dalam mendapatkan pekerjaan dan menjadikannya profesi yang postif, artinya semakin kecil tingkat penggangguran maka semakin kecil pula tingkat kriminalitas dari segi ekonomi. Langsung tancap ke tempat berikut yang selalu ditunggu-tunggu, yaitu tempat makan siang, it’s time to lunch guys. Kali ini spesial nih, buat relawan yang ngaku anak kos-kosan, inilah kesempatannya buat makan prasmanan sepuasnya. Huhuhu…. It’s getting cold so getting edible, everything. Persediaan lemak pun sudah diisi, saatnya untuk persiapan pulang, yah, pulang. Perjalanan pulang dimulai sekitar jam 17.00 WIB, dan sampailah kami di sekretariat WKCP jam 22.00 WIB. Perjalanan yang melelahkan dan menguras tenaga, tetapi banyak manfaat yang bisa kita ambil, diantaranya adalah:

1.       Cinta Tuhan YME dengan bersyukur kepadanya, apapun suasana dan kondisi di tempat kalian berada, pasti ada rencana baik di balik itu semua.
2.       Tetap berpikir positif, seperti perjalanan tidak sesuai yang diharapkan, pasti ada alasan yang masuk akal dan dapat diterima.
3.       Cinta Tanah Air, mengunjungi daerah wisata lokal secara tidak langsung meningkatkan taraf hidup penduduknya dan pastinya bisa menjadi recommended vacation buat teman, saudara, dan orang asing buat berkunjung, apalagi kalo beli produk lokal, pastinya secara langsung Anda adalah 100% Indonesia, walaupun pretty high price ya bisa disiasati beli yang lower price lah. Selain itu juga jaga lingkungan dengan contoh yang kecil saja, seperti buang sampah di tempat sampah.
4.       Memupuk tali persaudaraan dan proses sosial agar lebih baik, tidak hanya dari skala kecil, antara relawan dengan relawan atau relawan dengan pengurus, tapi secara luas juga, ketika Anda berkunjung ke bukan daerah asal kalian dan kalian berperilaku baik dan sopan, maka mereka juga akan melakukan hal yang sama.
5.       Belajar dari pengalaman, apapun yang telah kalian lakukan, baik atau buruk, it’s no matter¸ it was just the past, because the most important is present and future, just learn from the past, then keep doing good and the best, it’s you absolutely.
6.       Cinta Diri Sendiri, artinya dalam bersikap kita tidak hanya mementingkan diri sendiri, seperti membantu temannya, membantu orang lain, dan membantu makhluk ciptaan Tuhan, akan memberikan makan kepada jiwa kita, our soul is not our ego, it’s different, and sometimes we just look at the ego, without considering how our soul feels.
7.       Buatlah sisi positif dari sudut pandang individu sekalian, Terima Kasih. Peace upon on you.

Makan dulu sebelum homecoming :))
Sebelum pulang, katakan cheese.....




0 comments:

Post a Comment