 |
Indahnya kebersamaan, tanpa ada diskriminasi :))
Loc: Telaga Warna, Dieng Plateau |
Setelah menguras tenaga beberapa
bulan yang lalu, tepatnya sih sekitar 4 bulan 14 hari dimulai dari Januari
sampai pertengahan Mei, kami sebagai relawan WKCP mendapat hadiah dari pengurus
WKCP, hadiahnya adalah liburan. Liburannya juga ngga tanggung-tanggung nih,
yaitu menjajah dataran tinggi Dieng. Rencana dari sang khalik, maksudnya
dikoordinasi oleh Bu Anis, perjalanan akan dimaksimalkan selama 24 jam, yuk
intip rencana perjalanannya, keberangkatan disusun mulai pada malam hari, Sabtu
malam jam 23.30 WIB dengan titik kumpul di sekretariat WKCP, estimasi jam 04.00
sudah sampai di Sikunir, tempat dimana Anda bisa melihat golden sunrise, jam
04.30 WIB naik ke puncak dan waktu maksimal di Sikunir adalah jam 06.30 WIB.
Kemudian lanjut buat sarapan di sekitar Dieng dengan waktu maksimal 07.30 WIB
dan lanjut ke tempat wisata Kawah Sikidang sampai jam 09.00 WIB, dan jam 09.00
– 11.00 WIB adalah waktu untuk menghabiskan waktu di Candi Arjuna. Selanjutnya,
Telaga Warna adalah tujuan wisata terakhir dari perjalanan kami di Dieng dari
jam 11.00 – 13.00 WIB. Dan sebelum pulang, kami pun berencana mampir di tempat
oleh-oleh dan makan siang bersama. Itulah rencana dari perjalanan kami selama
di Dieng.
 |
Kami sudah di puncak Sikunir, tempat menyaksikan
golden sunrise. |
Lanjut ke realitanya, perjalanan
dimulai pada hari Jumat malam (14 Mei 2015), perjalanan kali ini memang tidak
dikhususkan bagi relawan WKCP, namun juga beberapa dari pengurus andil dalam
kesempatannya. Relawan yang ikut adalah laki-laki: Mas Rohmad, Mas Bagus, Mas
Andika, Zain, Arif, Widodo, Hasbi, dan Adi; perempuan: Isti, Nur, Yuni, Sisca,
Gista, Angel, Ninda, Fanisa, Rakhma, Mesya, dan Dewi. Sementara pengurus yang
ikut adalah Bu Anis, Pak Bambang, Sihab, Bu Reny, Pak Yudho, Adnan, Bu Sari,
Aisyah, Bu Nina dan anaknya. Terbagi menjadi dua bis kecil, bis pertama diisi
oleh para pengurus ditambah Hasbi, Widodo, Mas Rohmad, dan Mas Andika, dan bis
kedua diisi oleh para relawan. Keberangkatan pun dimulai jam 23.30 WIB, taka da
yang tertinggal, persiapan sudah maksimal, dan berangkat. Perjalanan melalui
kota Magelang, Temanggung, dan Wonosobo. Namun, ditengah perjalanan bis 2
mengalami sedikit gangguan, terpaksa harus turun dan menunggu sebentar di
tengah jalan dan dinginnya malam Wonosobo. Setelah melalui halangan – rintangan
akhirnya sampailah di ujung Sikunir, walaupun agak telat sekitar pukul 05.00
WIB baru sampai, kami bergegas mendaki ke atas demi golden sunrise, dengan
perjalanan yang cukup ramai karena bertepatan hari libur, kami pun melewati
satu demi satu manusia di tengah dinginnya pagi hari. Akhirnya sampai di puncak
sikunir, dan kami pun mencari spot yang bagus untuk menyaksikan golden sunrise
merangkak. Sayangnya, menit demi menit, kabut mulai menguasai area puncak, kami
dan para pencari Tuhan, maksudnya para pencari golden sunrise tidak bisa
menyaksikan apapun, hanya kumpulan kabut yang tebal dan menusuk kulit kami.
Yah, memang sayang untuk orang-orang yang pertama kali ke Sikunir, tetapi belum
beruntung. Okay, kami pun memutuskan untuk turun dari puncak. Dalam perjalanan,
saya pribadi sudah pernah ke Sikunir dan sukses mendapat golden sunrise, ada
yang berbeda ketika saya pertama kali ke sini yaitu fasilitas masih minim alias
alami, itu bagus menurut saya, tapi sekarang sudah seperti pasar, pasar
kembang, eh, pasar malam ding, banyak pedagang jajanan dan fasilitas umum
(musola, toilet, warung makan) yang membanjiri di area puncak. Perjalanan pun
berlanjut. Sayangnya lagi, kemacetan umat manusia layaknya mengantri duit BLT
di pertigaan jalur mendaki pun sudah membludak, sangat ramai dan ramai. Melalui
panjang kali lebar, akhirnya kami sampai di tempat berkumpul dengan waktu yang
agak ngaret. Tujuan selanjutnya seharusnya ke kawah Sikidang (Sikidang Creater), namun karena cuaca
hujan, pas pagi, menambah dinginnya suhu di sekitar Dieng, dan akhirnya dengan
keputusan yang berat kami pun membatalkan kunjungan ke kawah Sikidang. Lanjut
ke jadwal selanjutnya yaitu sarapan, sarapan kali ini adalah nasi goreng dengan
tempe goreng ala penduduk Dieng, dan ditemani teh panas yang berasap, namun
karena dinginnya suhu di Dieng, teh panas pun terasa seperti teh hangat biasa,
serius loh.
 |
Ramainya jalur pendakian ke/turun dari Puncak Sikunir yang dipadati ribuan
umat manusia. |
 |
Candinya seharusnya bagus buat jadi background
foto, namun karena there was fogbound, ya begitulah. |
Yap, saatnya lanjut ke Candi nih.
Ditemani kabut yang masih menguasai kota Dieng, kami pun melanjutkan perjalanan
ke Candi, tanpa berpikir waktu yang ditentukan, kami tebas dinginnya pagi hari
di Dieng. Candi pun didapatka, namun beberapa candi utama sedang dalam proses
rekonstruksi, jadi ya kurang sedap ditengok awak lah (versi Malaysia ya). Berputar
dan berputar layaknya kipas angin, akhirnya kita mengakhiri kisah kita di
Candi, dan lanjut ke tempat yang spesial yaitu Telaga Warna (Colour Lake). Telaga Warna merupakan
salah satu tempat wisata yang tidak merugikan kalo dikunjungi, view untuk foto-foto
cukup bagus, apalagi ditambah airnya yang berwarna kehijauan karena efek dari
belerang. Cukuplah untuk mengambil banyak foto di beberapa spot tertentu, dan
cukup melelahkan bagi kami yang hampir menjelajah setengah luas Telaga Warna
tersebut. Dengan rasa lelah yang membahana, kami pun cabut dari tempat
tersebut. Tempat yang dikunjungi selanjutnya adalah bukan tempat wisata biasa,
tapi ….. (ayo tebak, apakah tempat selanjutnya yang akan dikunjungi?) tam..
tam… tam…. yaitu toko oleh-oleh biasa, ya memang biasa, dimana-mana toko pasti
menjual barang dagangannya yang hampir sama, jenis dan mereknya. Akhirnya,
beberapa dari kami sudah puas membeli barang dagangannya, termasuk saya, ya
itung-itung mencintai produk lokal (walau biaya agak mahal), yang penting
halal, dan masuk akal. Hahaha…. Intinya dari perputaran ekonomi lokal adalah
adanya kesempatan warga lokal dalam mendapatkan pekerjaan dan menjadikannya
profesi yang postif, artinya semakin kecil tingkat penggangguran maka semakin
kecil pula tingkat kriminalitas dari segi ekonomi. Langsung tancap ke tempat
berikut yang selalu ditunggu-tunggu, yaitu tempat makan siang, it’s time to lunch guys. Kali ini
spesial nih, buat relawan yang ngaku anak kos-kosan, inilah kesempatannya buat
makan prasmanan sepuasnya. Huhuhu…. It’s
getting cold so getting edible, everything. Persediaan lemak pun sudah
diisi, saatnya untuk persiapan pulang, yah, pulang. Perjalanan pulang dimulai
sekitar jam 17.00 WIB, dan sampailah kami di sekretariat WKCP jam 22.00 WIB.
Perjalanan yang melelahkan dan menguras tenaga, tetapi banyak manfaat yang bisa
kita ambil, diantaranya adalah:
1. Cinta Tuhan YME dengan bersyukur
kepadanya, apapun suasana dan kondisi di tempat kalian berada, pasti ada
rencana baik di balik itu semua.
2. Tetap berpikir positif, seperti
perjalanan tidak sesuai yang diharapkan, pasti ada alasan yang masuk akal dan
dapat diterima.
3. Cinta Tanah Air, mengunjungi daerah
wisata lokal secara tidak langsung meningkatkan taraf hidup penduduknya dan
pastinya bisa menjadi recommended vacation
buat teman, saudara, dan orang asing buat berkunjung, apalagi kalo beli produk
lokal, pastinya secara langsung Anda adalah 100% Indonesia, walaupun pretty high price ya bisa disiasati beli
yang lower price lah. Selain itu juga
jaga lingkungan dengan contoh yang kecil saja, seperti buang sampah di tempat
sampah.
4. Memupuk tali persaudaraan dan proses
sosial agar lebih baik, tidak hanya dari skala kecil, antara relawan dengan
relawan atau relawan dengan pengurus, tapi secara luas juga, ketika Anda berkunjung
ke bukan daerah asal kalian dan kalian berperilaku baik dan sopan, maka mereka
juga akan melakukan hal yang sama.
5. Belajar dari pengalaman, apapun yang
telah kalian lakukan, baik atau buruk, it’s
no matter¸ it was just the past, because the most important is present and
future, just learn from the past, then keep doing good and the best, it’s you
absolutely.
6. Cinta Diri Sendiri, artinya dalam
bersikap kita tidak hanya mementingkan diri sendiri, seperti membantu temannya,
membantu orang lain, dan membantu makhluk ciptaan Tuhan, akan memberikan makan
kepada jiwa kita, our soul is not our
ego, it’s different, and sometimes we just look at the ego, without considering
how our soul feels.
7. Buatlah sisi positif dari sudut
pandang individu sekalian, Terima Kasih. Peace
upon on you.
 |
Makan dulu sebelum homecoming :)) |
 |
Sebelum pulang, katakan cheese..... |
0 comments:
Post a Comment