Per Ardua Ad Astra

Saturday, May 28, 2016

Refleksi Pelatihan dari Dinas : Perspektif Adi



Waktu terasa cepat dan singkat, dengan hanya duduk manis layaknya diberikan materi kuliah dan perut terjamin buncit jika anda duduk sebagai pejabat pendidikan, namun di sisi lain, mereka yang banyak di luar sedang memperjuangkan haknya untuk makan setiap hari. Itulah Indonesia, yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin, sedikit kesadaran para pejabat tinggi yang tidak jarang lupa akan janjinya, janji sebagai pegawai negeri sipil yang siap mengutamakan kepentingan bangsa dan negara dibandingkan kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau organisasi tertentu. Lalu siapa yang akan merubah lingkaran negatif tersebut? Saya pernah membaca sebuah novel yang kutipannya adalah “…. Masalahnya bukan pada sebuah bangsa, melainkan pada perseorangan. Bangsa yang adi luhung belum tentu menjamin seorang penduduknya berperilaku baik….” (Vittoria: Helena’s Brown Box, 2015: 182). Meskipun masalahnya bukan pada suatu bangsa, namun warga negara, termasuk pejabat-pejabat di atas, merupakan representatif dari bangsa Indonesia, dimana jika para pejabat tersebut melakukan tindakan yang melanggar hukum yang berlaku di Indonesia, maka secara tidak langsung nama bangsa Indonesia secara berangsur-angsur akan menjadi negatif dan mempengaruhi pola pikir orang Indonesia ke arah negatif. Nah, dari kasus tersebut, peran individu sangatlah berpengaruh pada masa depan dan nama Indonesia, siapa lagi kalau bukan generasi muda yang akan memulai gebrakan Indonesia mengglobal. Peran generasi muda di Indonesia sangat strategis, apalagi isu mengenai bonus demografi, dimana persentase usia produktif akan jauh lebih tinggi dibanding persentase usia non-produktif. Namun hal tersebut perlu diantisipasi, ibarat pisau bermata dua, bonus demografi akan memberikan dampak positif atau negatif. Dampak negatif seperti meningkatnya tindakan kriminal akibat dari pengangguran yang tinggi dan lapangan kerja semakin sempit, secara terpaksa mereka menghalalkan cara untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari. Dan berdampak positif, seperti menurunnya angka kemiskinan dan tingkat partisipasi sekolah di seluruh Indonesia yang akan membawa warga negara Indonesia sejahtera. Kembali lagi ke diri kita masing-masing bahwa kita tidak bisa menuntut Indonesia memancing kita ke arah positif, namun dari diri kitalah yang harus tergerak dengan niat positif agar dapat memberikan dampak positif bagi bangsa Indonesia. Memulai hal yang positif tidaklah mudah, namun hasilnya tiada duanya. So, when will you turn yourself?

0 comments:

Post a Comment