Waktu terasa
cepat dan singkat, dengan hanya duduk manis layaknya diberikan materi kuliah
dan perut terjamin buncit jika anda duduk sebagai pejabat pendidikan, namun di
sisi lain, mereka yang banyak di luar sedang memperjuangkan haknya untuk makan
setiap hari. Itulah Indonesia, yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin
miskin, sedikit kesadaran para pejabat tinggi yang tidak jarang lupa akan
janjinya, janji sebagai pegawai negeri sipil yang siap mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara dibandingkan kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau
organisasi tertentu. Lalu siapa yang akan merubah lingkaran negatif tersebut? Saya
pernah membaca sebuah novel yang kutipannya adalah “…. Masalahnya bukan pada
sebuah bangsa, melainkan pada perseorangan. Bangsa yang adi luhung belum tentu
menjamin seorang penduduknya berperilaku baik….” (Vittoria: Helena’s Brown Box,
2015: 182). Meskipun masalahnya bukan pada suatu bangsa, namun warga negara,
termasuk pejabat-pejabat di atas, merupakan representatif dari bangsa
Indonesia, dimana jika para pejabat tersebut melakukan tindakan yang melanggar
hukum yang berlaku di Indonesia, maka secara tidak langsung nama bangsa
Indonesia secara berangsur-angsur akan menjadi negatif dan mempengaruhi pola
pikir orang Indonesia ke arah negatif. Nah, dari kasus tersebut, peran individu
sangatlah berpengaruh pada masa depan dan nama Indonesia, siapa lagi kalau bukan
generasi muda yang akan memulai gebrakan Indonesia mengglobal. Peran generasi
muda di Indonesia sangat strategis, apalagi isu mengenai bonus demografi,
dimana persentase usia produktif akan jauh lebih tinggi dibanding persentase
usia non-produktif. Namun hal tersebut perlu diantisipasi, ibarat pisau bermata
dua, bonus demografi akan memberikan dampak positif atau negatif. Dampak
negatif seperti meningkatnya tindakan kriminal akibat dari pengangguran yang
tinggi dan lapangan kerja semakin sempit, secara terpaksa mereka menghalalkan
cara untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari. Dan berdampak positif, seperti menurunnya
angka kemiskinan dan tingkat partisipasi sekolah di seluruh Indonesia yang akan
membawa warga negara Indonesia sejahtera. Kembali lagi ke diri kita
masing-masing bahwa kita tidak bisa menuntut Indonesia memancing kita ke arah
positif, namun dari diri kitalah yang harus tergerak dengan niat positif agar
dapat memberikan dampak positif bagi bangsa Indonesia. Memulai hal yang positif
tidaklah mudah, namun hasilnya tiada duanya. So, when will you turn yourself?
0 comments:
Post a Comment