Hari Kesatu
Kurikulum dan guru memegang peranan yang krusial dalam proses pembelajaran dan pendidikan di sekolah, khususnya di sekolah yang menerima peserta didik berkebutuhan khusus (PSBK) yang notabene mempunyai gaya belajar yang unik dari peserta didik pada umumnya, seperti Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Sekolah Inklusif. Sehubungan hal tersebut, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY melalui Anggaran Daerah, mengadakan program “Pelatihan Pengembangan Kurikulum Bagi Guru SLB DIY Tahun 2016”. Hal ini tentunya mengharapkan bahwa guru sebagai pelaku pembelajaran dan pendidikan di sekolah dapat memahami dan menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan PSBK-nya.
Kurikulum dan guru memegang peranan yang krusial dalam proses pembelajaran dan pendidikan di sekolah, khususnya di sekolah yang menerima peserta didik berkebutuhan khusus (PSBK) yang notabene mempunyai gaya belajar yang unik dari peserta didik pada umumnya, seperti Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Sekolah Inklusif. Sehubungan hal tersebut, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY melalui Anggaran Daerah, mengadakan program “Pelatihan Pengembangan Kurikulum Bagi Guru SLB DIY Tahun 2016”. Hal ini tentunya mengharapkan bahwa guru sebagai pelaku pembelajaran dan pendidikan di sekolah dapat memahami dan menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan PSBK-nya.
Pada hari ini, Jumat, 19 Mei 2016,
tepatnya mulai pukul 15.00 s/d 22.00 WIB di Hotel Cakra Kembang yang beralamat
di Jl. Kaliurang Km 5.5 Sleman, Yogyakarta, telah terlaksana kegiatan di hari
pertama dari serangkaian program yang dijadwalkan dan terhitung hari ini, yaitu
tanggal 19-23 Mei 2016. Di hari pertama, terdapat serangkaian agenda yang
terdiri dari pembukaan, materi umum tentang kebijakan Pemerintah tentang
kurikulum pendidikan khusus, materi perubahan mindset atau dasar filosofis
kurikulum 2013, dan adaptasi kurikulum.
Pembukaan, merupakan acara sakral
dari setiap kegiatan resmi yang wajib dilaksanakan. Pada pembukaan kali ini
yaitu berisi kata pengantar pembukaan oleh MC, menyanyikan lagu Indonesia Raya
yang dipimpin oleh salah satu peserta, Mrs. Y (lupa nama), doa oleh salah satu
peserta, Rubijo, S.Pd, laporan dari ketua panitia, Suharyanto, S.Pd., sambutan dari
Kepala Dinas yang diwakilkan oleh Pak Pengawas, Mr. X (lupa nama). Kemudian
acara dilanjutkan dengan materi Kebijakan Pemerintah tentang Kurikulum
Pendidikan Khusus yang disampaikan oleh walinya.
Materi Perubahan Mindset atau
Dasar Filosofis Kurikulum 2013 yang disampaikan oleh Dr. Mumpuniarti, M.Pd.,
merupakan materi selanjutnya. Pada kesempatan kali ini, beliau menjelaskan dengan
metode ceramah dan tanya jawab terkait pentingnya prinsip pokok, seperti 1)
peningkatan iman dan taqwa, 2) peningkatan akhlak, 3) peningkatan potensi,
kecerdasan, dan minat, serta 4) peningkatan potensi daerah atau lingkungan,
yang harus dipegang oleh guru dalam memberikan pengajaran kepada peserta
didiknya agar tidak mengalami kesulitan pada masa transisi dari kurikulum KTSP
ke kurikulum 2013. Dan materi penutup pada hari ini yaitu Kurikulum Adaptif
yang disampaikan oleh Sardiyana, S.Pd., M.A., beliau menjelaskan dengan metode
ceramah, tanya jawab, diskusi, dan menarik aktif peserta untuk berpartisipasi
dalam berpendapat, beliau menyampaikan model-model kurikulum yang dapat
dilakukan oleh guru dengan berdasarkan kebutuhan dan hasil asesmen peserta
didik, yang mencakup duplikasi, modifikasi, substitusi, dan omisi dalam aspek kurikulum
(tujuan, isi, proses, dan evaluasi). Selain itu, ada hal menarik yang
disampaikan oleh peserta mengenai Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) dan Surat Keterangan
Keterampilan. Pada umumnya, STTB diberikan kepada PSBK yang tidak mampu
mengikuti ujian nasional, sehingga hanya perlu mengikuti ujian sekolah sebagai
prasyarat kelulusan, namun untuk PSBK tunagrahita kategori berat (mampu latih),
mereka secara akademik tidak mampu menyelesaikan soal ujian sekolah layaknya
siswa lain. Oleh karena itu, STTB bagi PSBK tunagrahita kategori berat (mampu
latih) perlu diadaptasi sesuai dengan kondisi siswanya, yaitu bukan akademik
sebagai acuan utama, tetapi kemandirian yang mampu dicapai siswa dapat
dijadikan instrumen non-tes untuk mendeskripsikan kemampuan siswa tersebut yang
nantinya akan dicantumkan sebagai hasil deskripsi pada STTB, bukan akademik.
Kemudian bagi PSBK yang fokus pada keterampilan juga perlu mendapatkan Surat
Keterangan Keahlian dari Sekolah, Dinas, dan/atau Perusahaan tertentu, tentunya
SK tersebut tidak harus menuntut siswa dalam tahap terampil atau mahir, namun
siswa yang hanya mempunyai kemampuan dalam tahap dasar juga perlu diberikan SK.
Hal tersebut diharapkan agar bisa memberikan motivasi kepada kemampuan tiap
siswa dan membantu siswa mendapatkan pekerjaan setelah lulus dari sekolah.
Hari Kedua
Memasuki
hari kedua, 20 Mei 2015, dari pelatihan pengembangan kurikulum 2013, para
peserta langsung mendapatkan materi mengenai asesmen yang disampaikan oleh
Wahyana, M.A. Mengapa para peserta harus mempelajari asesmen? Berkaca dari
pengertian asesmen yaitu serangkaian kegiatan sistematis untuk mengumpulkan
informasi atau data yang relevan dan berkaitan dengan kebutuhan dalam
perencanaan program secara individual. Asesmen sendiri beraneka ragam, mulai
dari asesmen akademik, asesmen psikologis, asesmen psikomotor, asesmen bahasa,
dan sebagainya. Dari hasil asesmen tersebut, nantinya akan dikumpulkan mengenai
potensi, kelemahan, dan kekuatan dari individu, dari data atau informasi
tersebut akan dijadikan acuan atau kemampuan awal dalam merencanakan sebuah program
secara individual. Asesmen sangat diperlukan dalam pendidikan luar biasa untuk
merencanakan program sesuai dengan karakteristik bagi peserta didik
berkebutuhan khusus yang berbeda satu sama lain.
Memasuki
pada materi kedua yaitu dari Tim Katrin, yang mengisi tentang pemetaan
kurikulum, dengan pembawaanya yang frontal dan berisi, beliau menyampaikannya
dengan gaya apa adanya dan penuh dengan candaan. Beliau, yang pernah bekerja
dengan WHO, bercerita pengalamannya mengenai pendekatan tematik yang sudah
digagasnya sejak tahun 2006, namun Indonesia baru menerapkan pendekatan
tersebut mulai pada tahun 2014 (Kurikulum 2013), beliau juga menyampaikan
langkah-langkah untuk pemetaan yaitu dengan 1) mencermati KI-KD dari daftar
tabel KI-KD, 2) mengaitkan KI-KD yang relevan sebagai tema dengan cara mencari
kata kunci dengan padanan kata/sinonim/istilah yang mirip, apabila tidak ada
dapat mengambil dari bagian dari KI-KD tersebut, contoh: Tema Diriku, padanan
kata dari “diri” adalah “individu”, dan “diri” mempunyai bagian-bagian yang
bisa dikembangkan sebagai indikator atau KD yaitu pancaindera, anggota badan,
dan sebagainya, dan 3) .......
Dalam
pembelajaran tematik, perlu ditekankan bahwa perpindahan dari muatan satu ke
muatan lain seharusnya tidak begitu tampak, artinya harus ada suatu pengantar
yang sesuai, dan temanya hendaknya bersifat fungsional, artinya dapat berfungsi
dalam kehidupan peserta didik.
Hari
Ketiga
Pada hari ini, Sabtu, 21 Mei 2016,
sejumlah peserta - yang terdiri dari 78 orang sebagai perwakilan dari tiap-tiap
SLB Negeri dan Swasta - terbagi kelompok menjadi dua. Kelompok satu adalah
kelompok guru yang fokus pada pembelajaran siswa tunanetra, tunarungu,
tunadaksa, dan tunalaras, kemudian kelompok dua adalah kelompok guru yang fokus
pada pembelajaran siswa tunagrahita dan autis. Tujuan pembagian kelompok
terseebut adalah untuk memudahkan pemantauan peserta dalam membuat pemetaan
tema, jaringan tema, pemetaan indikator, silabus, dan RPP. Para peserta juga
dituntut bisa membuat secara mandiri dan nantinya bisa ditransferkan ke guru
lain di sekolahnya. Namun, karena kondisi yang tidak memungkinkan antara
peserta yang bekerja sendiri-sendiri – yang sebelumnya diharapkan oleh tim
pemateri akan bisa bekerja satu sama lain tanpa instruksi – akhirnya digabung
kembali menjadi satu ruangan. Pada sesi kali ini, tiap peserta membuat satu
dati tiap-tiap: pemetaan tema, jaringan tema, pemetaan indikator, program
tahunan, dan program semester.
Hari
Keempat
Hari keempat, merupakan hari terakhir
dalam kegiatan pelatihan pengembangan kurikulum tahun 2016, yang seharusnya
selesai pada tanggal 23 Mei 2016. Pada hari ini, semua peserta dituntut membuat
silabus dan RPP, yang nantinya akan diaplikasikan pada proses KBM di kelas.
Silabus dibuat berdasarkan jaringan tema yang terdiri dari enam pembelajaran.
Pada pembelajaran satu sampai dengan lima merupakan kegiaran belajar mengajar,
namun pada pembelajaran enam merupakan evaluasi. Sedangkan RPP dibuat dengan
mengacu pada silabus, satu kunci dalam membuat indikator adalah dengan berdasar
pada kata kerja operasional (KKO): pengetahuan, afektif, psikomotor, dan
keterampilan. RPP dibuat untuk siswa, bagaimana peran siswa di kelas selama KBM
berlangsung.
0 comments:
Post a Comment