Per Ardua Ad Astra

  • This is Slide 1 Title

    This is slide 1 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 2 Title

    This is slide 2 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 3 Title

    This is slide 3 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

Sunday, February 28, 2016

Menuntut Aksesibilitas bagi Penyandang Difabel

Aktivis penyandang disabilitas sedang melakukan demo.
Aksesibilitas, merupakan tolak ukur kemudahan yang dapat dicapai seseorang terhadap suatu objek, pelayanan, ataupun lingkungan, yang diimplementasikan pada bangunan gedung, lingkungan, dan fasilitas umum lainnya. Namun sedikit khusus bagi penyandang difabel yang notabene mempunyai kebutuhan ekstra, seperti tunanetra, mereka membuthkan akses guide block dan dot block sebagai penunjuk jalan serta memudahkan tunanetra dalam menuju tempat yang hendak dicapai, lain lagi dengan penyandang difabel yang menggunakan kursi roda, tentu mereka akan sangat membutuhkan ramp, yaitu jalur yang melandai agar mudah dilalui dengan kursi rodanya. Fasilitas-fasilitas tersebut merupakan contoh yang umum dari luasnya kebutuhan setiap penyandang difabel yang berbeda-beda.
Terlaksananya aksesibilitas bagi penyandang difabel tidak lepas dari kesadaran masyarakat yang mau menghargai fasilitas tersebut sebagai bagian dari pemenuhan hak warga negara. Namun realitanya sungguh ironis ketika aksesibilitas yang sudah dibangun di sekitar jalan malioboro, Jogjakarta, malah dijadikan tempat parkir dan tempat stand by bagi para pencari nafkah, begitu juga dengan ramp.
Dan inilah, salah satu perjuangan penyandang difabel yang melalui demo mendesak pemerintah kota dan jajaran pejabat yang mengaku sebagai wakil rakyat dituntut untuk duduk bersama penyandang difabel membahas tentang aksesibilitas bagi penyandang difabel. Dari pertemuan tersebut, banyak keluhan dan harapan dari penyandang difabel yang menginginkan kemudahan dalam aksesibilitas.


Saturday, February 20, 2016

Terapi Sensori Integrasi di WKCP

Bu Iin sedang melakukan terapi pada anak.
Terapi sensori integrasi, ini nih yang menjadi daya tarik bagi temen-temen relawan WKCP, termasuk saya. Terapi sensori integrasi merupakan salah satu metode terapi yang digunakan untuk menangani gangguan proses sensori yang mengakibatkan terjadinya gangguan perkembangan normal dan perilaku. Proses sensori integrasi merupakan hal yang mendasar dalam proses pengolahan informasi di otak, informasi tersebut akan diintegrasikan dalam otak kemudian informasi sensori yang diperoleh digunakan untuk merencanakan dan mengorganisasi perilaku yang tepat pada fase perkembangan anak.
Contohnya anak usia sekolah memasuki fase perkembangan sosial dari dunia keluarga merambah ke dunia luar seperti bergaul dengan teman-temannya, guru, dan orang dewasa. Namun perkembangan tersebut dipengaruhi oleh proses belajar anak dari pengolahan informasi yang diterimanya di otak. Untuk anak-anak yang mengalami gangguan otak dalam mengolah atau memproses informasi secara efisien, mereka mengalami gangguan input informasi, disorganisasi neurologis, output motoric, bahasa, dan emosi yang menjadi tidak efisien. Hal tersebut secara otomatis membatasi mereka dalam perkembangan normal dan perilaku.
Dalam WKCP, terapi sensori integrasi merupakan program yang rutin dilaksanakan setiap hari sabtu. Pada awal asesmen untuk menentukan program layanan bagi anak akan didampingi oleh terapis dari Solo, yaitu Ibu Iin. Kemudian pada hari selanjutnya, orang tua juga akan dibekali dengan pengetahuan tentang program terapi sensori integrasi dan diharapkan orang tua dapat melakukannya secara mandiri, serta dapat didampingi oleh relawan WKCP. Fasilitas yang digunakan juga bersifat gratis di WKCP, seperti bola, flying fox¸ ayunan, bola terapi, guling terapi, ayunan flexidisc, trampoline, matras, terowongan, dan sebagainya.
Program yang direncanakan setiap hari sabtu ini ditargetkan bagi anak-anak yang mengalami gangguan sensori integrasi termasuk anak autis, anak ADHD, anak dengan speech delay, dan anak cerebral palsy. Program yang dilaksanakan juga bermacam-macam, mulai dari melempar bola dari jarak tertentu, memindahkan bola dengan berbagai rintangan, dan berdiri di papan keseimbangan.


Monday, February 15, 2016

Diskusi Bulanan: Pelatihan Hidroterapi


Pak Bambang sedang menjelaskan materi pelatihan.
Minggu, 14 Februari 2016, WKCP mengadakan diskusi bulanan bagi peserta WKCP yang bertempat di Lobby DPRD Yogyakarta dari pukul 08.00 sampai 12.30 WIB, adapun tema yang diusung pada diskusi yang dihadiri lebih dari 55 peserta ini yaitu pelatihan hidroterapi. Pelatihan disampaikan oleh Pak Bambang dan Tim AHE (Aquatic Health Education), adapun materi yang disampaikan adalah mengenai pentingnya hidroterapi bagi anak cerebral palsy yang sering mengalami gangguan gerak dan otot, dalam pelatihan ini anak akan belajar bergerak di air yang akan memudahkan gerakan yang sulit dilakukan di darat. Sebelum pelatihan, Pak Bambang dan Tim AHE juga perlu melakukan asesmen, yaitu mengumpulkan informasi yang relevan dan sebanyak mungkin guna menentukan dan merancang program yang sesuai dengan kebutuhan anak cerebral palsy. Dalam proses asesmen, pak Bambang dan Tim AHE mengamati dan memberikan instruksi menegnai gerak dasar, gerak manipulative, sampai batas-batas gerakan yang sudah mampu dan belum mampu dilakukan oleh anak cerebral palsy. Adapun hasil asesmen terbagi menjadi 3 kebutuhan yaitu NDT (gerakan di darat), Contrast Bath (Penyesuain temperature suhu tubuh dengan air panas dan dingin), serta hidroterapi (terapi dengan menggunakan air). Hidroterapi tidak harus dilakukan di kolam renang, namun merupakan segala upaya terapi dengan menggunakan media air. Pada pelaksanaan hidroterapi juga sebaiknya orangtua mendampingi anak agar orangtua bisa belajar bagaimana cara melakukan hidroterapi sesuai kebutuhan anaknya dan harapannya adalah orang tua dapat melakukannya secara mandiri di kemudian hari. Oleh karena itu, pentingnya diskusi ini dalam menumbuhkan kesadaran orang tua dalam memberikan program-program yang sesuai dengan kebutuhan anak akan sangat mendukung perkembangan dan pertumbuhan anak secara maksimal, salah satunya adalah dengan pelatihan hidroterapi dengan memberikan stimulus atau rangsangan positif dengan media air.

 
Pak Bambang dan Tim AHE sedang melakukan asesmen, serta dibantu relawan WKCP.