Per Ardua Ad Astra

Sunday, January 31, 2016

Pelatihan Hidroterapi

Tim AHE sedang memberikan materi terkait pelatihan hidroterapi.
Biasanya disebut hidroterapi dan dikenal sebagai terapi yang melibatkan air, baik air dingin ataupun air hangat sehendaknya disesuaikan dengan tujuan terapi tersebut. Belajar mengenai hidroterapi memang tidak semulus pahanya Cherrybelle (kata mba Anggun dalam audisi X-Factor). Kita saja yang dari PLB cukup kewalahan untuk menyesuaikan materi ilmu murni (seperti Fisika) dalam aplikasi hidroterapi. Oh ya, sebelumnya perkenalkan kami mahasiswa PLB dari berbagai angkatan yang tergabung dalam sebuah nama “Volunteers” bagi komunitas Wahana Keluarga Cerebral Palsy (WKCP). Kami benar-benar beruntung, karena WKCP sangat memperhatikan perkembangan Cerebral Palsy yang dikemas dalam agenda diskusi bulanan, pelatihan sensori integrasi, perayaan hari Cerebral Palsy, seminar atau workshop, dan hidroterapi. Hidroterapi kali ini cukup berbeda, biasanya volunteers hanya menemani anak-anak di kolam renang dan sesekali membantu instruktur hidroterapi yang diekspor langsung dari Politeknik Kesehatan Surakarta, yaitu bernama Pak Bambang. Beliau cukup memperhatikan aplikasi hidroterapi bagi masyarakat umum yang membutuhkan, seperti pasien yang mengalami struk. Namun, kali ini pelatihan hidroterapi difokuskan bagi anak dengan Cerebral Palsy dan target dari pelatihan ini adalah volunteers, yang harapannya dari WKCP adalah agar volunteers bisa secara mandiri dan ahli dalam melakukan terapi pada anak Cerebral Palsy, sehingga SDM-nya mencukupi dan lebih individually dalam prakteknya.
Sebelum praktek, kami harus belajar teorinya.
Ya, keterbatasan instruktur dalam hidroterapi cukup memprihatinkan, terkendalanya biaya yang mencekik leher dan antrean yang panjang bagi pengguna BPJS tidak sepadan dengan jumlah anak berkebutuhan yang membutuhkan terapi. Walaupun sebagian pelayanan sudah di-cover oleh pemerintah, tetapi pelaksanaannya belum tentu terlihat secara nyata. Bisa dibayangkan apabila orang tua harus membawa anaknya ke terapis dan biayanya bisa mencapai 100 ribu per jam, kemudian setiap minggu melakukan 3 kali terapi dan sebulan dapat ditotal 1,2 juta. Cukup murah bagi orang tua yang mempunyai modal, namun bagaimana dengan orang tua yang berada di kategori ekonomi menengah ke bawah? Apakah terapi 3 kali sebulan cukup bagi anak-anak istimewa tersebut? Padahal mereka membutuhkan suatu kebiasaan yang dapat merangsang perkembangan mereka. Ironis bukan? Bisa dikatakan bahwa dimanapun selalu ada permasalahan yang harus diselesaikan, bagaimana kalo tidak bisa diselesaikan? Kita tidak harus menuntut diri kita untuk mengubahnya, tetapi kitalah yang harus berubah. Oleh karena itu, salah satu tujuan panjang dari WKCP adalah volunteers dapat mentransfer ilmu dan aplikasi hidroterapi yang diperoleh kepada anggota WKCP yang terdiri dari orang tua yang mempunyai anak Cerebral Palsy, dan diharapkan orang tua dapat melakukannya secara mandiri di rumah, sehingga semakin banyak stimulus atau rangsangan yang diberikan pada anak akan semakin baik pula perkembangan anak dan orang tua dapat menghemat biaya kuratifnya.
Praktek di kolam dengan menggunakan alat bantu noodle.

Kembali ke pelatihan hidroterapi, pelatihan ini mulai berjalan pada bulan Desember 2015 yang berisi tentang materi dasar terkait hidroterapi, seperti Fisika, Cerebral Palsy, Anatomi Tubuh, dan jenis-jenis hidrorterapi. Kemudian dilanjutkan dengan praktek hidroterapi yang dilaksanakan pada bulan Januari 2016 di Surakarta dengan pendampingan Pak Bambang dan Tim AHE (Aquatic Health Education) yang terdiri dari mahasiswanya Pak Bambang di Poltekkes, dan tahap terahir yaitu praktek dengan anak Cerebral Palsy pada bulan Februari 2016 sekaligus ujian bagi volunteers yang akan menentukan layak tidaknya mendapat sertifikat instruktur tingkat dasar.
Dengan adanya kegiatan seperti ini, volunteers harus bersyukur dan terima kasih karena mendapat ilmu dan pengalaman yang jelas tidak dapat diperoleh dari bangku kuliah, serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit jika dilakukan secara mandiri atau melalui jalur formal. Orientasi WKCP memang cukup visioner dan benar-benar memperhatikan WKCP ke depannya agar lebih terarah dan maksimal dalam pelayanannya.
Terima kasih kami ucapkan buat Bu Reny selaku Koordinator Lapangan WKCP dan Bu Anis selaku Ketua WKCP serta semua anggota WKCP yang terlibat dalam pelaksanaan agenda-agenda WKCP, semoga apa yang dicita-citakan oleh WKCP dapat terealisasi dengan baik dan terarah, tentunya dengan kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak yang terkait. Aamiin.


Cc: Yeni, Dewi, Rakhma, Fani, Nur, Fathin, Angel, Ninda, Maya, Dita, Zain, Arif, Widodo, dan Sisca (volunteers WKCP) dan anggit, dkk (timnya Pak Bambang).

0 comments:

Post a Comment