Tim AHE sedang memberikan materi terkait pelatihan hidroterapi. |
Biasanya
disebut hidroterapi dan dikenal sebagai terapi yang melibatkan air, baik air
dingin ataupun air hangat sehendaknya disesuaikan dengan tujuan terapi
tersebut. Belajar mengenai hidroterapi memang tidak semulus pahanya Cherrybelle (kata mba Anggun dalam
audisi X-Factor). Kita saja yang dari PLB cukup kewalahan untuk menyesuaikan
materi ilmu murni (seperti Fisika) dalam aplikasi hidroterapi. Oh ya,
sebelumnya perkenalkan kami mahasiswa PLB dari berbagai angkatan yang tergabung
dalam sebuah nama “Volunteers” bagi
komunitas Wahana Keluarga Cerebral Palsy
(WKCP). Kami benar-benar beruntung, karena WKCP sangat memperhatikan
perkembangan Cerebral Palsy yang
dikemas dalam agenda diskusi bulanan, pelatihan sensori integrasi, perayaan
hari Cerebral Palsy, seminar atau
workshop, dan hidroterapi. Hidroterapi kali ini cukup berbeda, biasanya volunteers hanya menemani anak-anak di
kolam renang dan sesekali membantu instruktur hidroterapi yang diekspor
langsung dari Politeknik Kesehatan Surakarta, yaitu bernama Pak Bambang. Beliau
cukup memperhatikan aplikasi hidroterapi bagi masyarakat umum yang membutuhkan,
seperti pasien yang mengalami struk. Namun, kali ini pelatihan hidroterapi
difokuskan bagi anak dengan Cerebral
Palsy dan target dari pelatihan ini adalah volunteers, yang harapannya dari WKCP adalah agar volunteers bisa secara mandiri dan ahli
dalam melakukan terapi pada anak Cerebral
Palsy, sehingga SDM-nya mencukupi dan lebih individually dalam prakteknya.
Sebelum praktek, kami harus belajar teorinya. |
Ya,
keterbatasan instruktur dalam hidroterapi cukup memprihatinkan, terkendalanya
biaya yang mencekik leher dan antrean yang panjang bagi pengguna BPJS tidak
sepadan dengan jumlah anak berkebutuhan yang membutuhkan terapi. Walaupun
sebagian pelayanan sudah di-cover oleh
pemerintah, tetapi pelaksanaannya belum tentu terlihat secara nyata. Bisa
dibayangkan apabila orang tua harus membawa anaknya ke terapis dan biayanya
bisa mencapai 100 ribu per jam, kemudian setiap minggu melakukan 3 kali terapi
dan sebulan dapat ditotal 1,2 juta. Cukup murah bagi orang tua yang mempunyai
modal, namun bagaimana dengan orang tua yang berada di kategori ekonomi
menengah ke bawah? Apakah terapi 3 kali sebulan cukup bagi anak-anak istimewa
tersebut? Padahal mereka membutuhkan suatu kebiasaan yang dapat merangsang
perkembangan mereka. Ironis bukan? Bisa dikatakan bahwa dimanapun selalu ada
permasalahan yang harus diselesaikan, bagaimana kalo tidak bisa diselesaikan?
Kita tidak harus menuntut diri kita untuk mengubahnya, tetapi kitalah yang
harus berubah. Oleh karena itu, salah satu tujuan panjang dari WKCP adalah volunteers dapat mentransfer ilmu dan
aplikasi hidroterapi yang diperoleh kepada anggota WKCP yang terdiri dari orang
tua yang mempunyai anak Cerebral Palsy,
dan diharapkan orang tua dapat melakukannya secara mandiri di rumah, sehingga
semakin banyak stimulus atau rangsangan yang diberikan pada anak akan semakin
baik pula perkembangan anak dan orang tua dapat menghemat biaya kuratifnya.
Praktek di kolam dengan menggunakan alat bantu noodle. |
Kembali
ke pelatihan hidroterapi, pelatihan ini mulai berjalan pada bulan Desember 2015
yang berisi tentang materi dasar terkait hidroterapi, seperti Fisika, Cerebral Palsy, Anatomi Tubuh, dan
jenis-jenis hidrorterapi. Kemudian dilanjutkan dengan praktek hidroterapi yang
dilaksanakan pada bulan Januari 2016 di Surakarta dengan pendampingan Pak
Bambang dan Tim AHE (Aquatic Health
Education) yang terdiri dari mahasiswanya Pak Bambang di Poltekkes, dan
tahap terahir yaitu praktek dengan anak Cerebral
Palsy pada bulan Februari 2016 sekaligus ujian bagi volunteers yang akan menentukan layak tidaknya mendapat sertifikat
instruktur tingkat dasar.
Dengan
adanya kegiatan seperti ini, volunteers harus
bersyukur dan terima kasih karena mendapat ilmu dan pengalaman yang jelas tidak
dapat diperoleh dari bangku kuliah, serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit jika
dilakukan secara mandiri atau melalui jalur formal. Orientasi WKCP memang cukup
visioner dan benar-benar memperhatikan WKCP ke depannya agar lebih terarah dan
maksimal dalam pelayanannya.
Terima
kasih kami ucapkan buat Bu Reny selaku Koordinator Lapangan WKCP dan Bu Anis
selaku Ketua WKCP serta semua anggota WKCP yang terlibat dalam pelaksanaan
agenda-agenda WKCP, semoga apa yang dicita-citakan oleh WKCP dapat terealisasi
dengan baik dan terarah, tentunya dengan kerjasama dan dukungan dari berbagai
pihak yang terkait. Aamiin.
Cc: Yeni, Dewi,
Rakhma, Fani, Nur, Fathin, Angel, Ninda, Maya, Dita, Zain, Arif, Widodo, dan
Sisca (volunteers WKCP) dan anggit,
dkk (timnya Pak Bambang).