Mahasiswa UGM dari berbagai fakultas sedang berlatih menulis braille dengan reglet dan stilus. |
Pada tahun 2015, UKM Peduli Difabel sudah mulai dikenal oleh kalangan
mahasiswa UGM, hal tersebut ditunjukkan oleh animo mahasiswa yang setiap
tahunnya bertambah ingin bergabung menjadi bagian dari UKM Peduli Difabel.
Dalam bergabung dengan UKM Peduli Difabel tersebut tidak hanya sebatas
partisipasi, tetapi juga pengetahuan dan implementasi dari kata “peduli
difabel” mejadi dasar awal terciptanya kesadaran bermasyarakat inklusif. Oleh
karena itu, UKM Peduli Difabel memfasilitasi mereka untuk mengenal lebih dekat
dengan penyandang difabel, salah satunya yaitu mengenal kebutuhan mereka
seperti bahasa isyarat, bahasa oral, orientasi mobilitas, aksesibilitas, dan
braille.
![]() |
Dokumentasi bareng-bareng :)) |
Salah satu kegiatan program kerja (proker) UKM Peduli Difabel adalah
Pelatihan Braille, yang baru selesai diagendakan pada bulan September dan Oktober
dan tempat pelaksanaan yang berpindah-pindah dari Gedung Fakultas Biologi UGM,
Aula Balairung UGM, dan Gedung Sekolah Vokasi UGM. Dalam pelatihan braille
tersebut, mereka dibersamai oleh Adi Suseno, salah satu mahasiswa yang bisa
membagi pengalamannya terkait Braille. Adapun rangkaian dalam agenda tersebut
terbagi menjadi 4 sesi yaitu sesi pengenalan pendidikan luar biasa secara umum,
pelatihan membaca braille, pelatihan menulis braille, serta diskusi dan
evaluasi kegiatan. Dalam kegiatan tersebut, peserta pelatihan braille mengenal
huruf braille yang setiap selnya terdiri dari enam karakter dan timbul atau
tidaknya karakter tersebut mewakili huruf/tanda/angka tertentu, kemudian mereka
juga mengenal huruf braille A-Z, tanda, dan angka dan dipraktekan dalam sesi
membaca dan menerjemahkan kalimat braille ke kalimat awas. Sedangkan untuk menulis
huruf braille, mereka menggunakan reglet dan stilus, yaitu alat yang digunakan
untuk menulis braille. Mereka terlihat sangat antusias dan semangat dalam
proses tersebut karena braille merupakan hal yang sangat menantang untuk
dikuasai dalam membaca dan menulisnya. Oleh karena itu, dengan adanya pelatihan
braille tersebut diharapkan bisa menambah wawasan dan pengalaman bagi peserta
yang mengikutinya serta dapat membaginya ke orang lain di sekitarnya, sehingga
kesadaran untuk bermasyarakat inklusif setidaknya bisa diimpelentasikan mulai
dari diri kita sendiri walaupun dalam skala kecil.
0 comments:
Post a Comment