Per Ardua Ad Astra

Monday, November 2, 2015

Mahasiswa Mengikuti Pelatihan Braille di UGM

Mahasiswa UGM dari berbagai fakultas sedang berlatih menulis
braille dengan reglet dan stilus.
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Peduli Difabel merupakan UKM yang cukup muda yaitu bergerak mulai tahun 2012 yang diajukan oleh Muhammad Hanif Yusuf, merupakan mahasiswa tunarungu yang banyak mendapatkan kesempatan berprestasi, dan pada tahun 2015, UKM Peduli Difabel dikoordinir oleh Karim, Mahasiswa Fakultas Hukum UGM. Adapun harapan mereka melalui UKM Peduli Difabel adalah terciptanya implementasi hak yang sama bagi para penyandang difabel dan non-penyandang difabel dalam kehidupan bermasyarakat.
Pada tahun 2015, UKM Peduli Difabel sudah mulai dikenal oleh kalangan mahasiswa UGM, hal tersebut ditunjukkan oleh animo mahasiswa yang setiap tahunnya bertambah ingin bergabung menjadi bagian dari UKM Peduli Difabel. Dalam bergabung dengan UKM Peduli Difabel tersebut tidak hanya sebatas partisipasi, tetapi juga pengetahuan dan implementasi dari kata “peduli difabel” mejadi dasar awal terciptanya kesadaran bermasyarakat inklusif. Oleh karena itu, UKM Peduli Difabel memfasilitasi mereka untuk mengenal lebih dekat dengan penyandang difabel, salah satunya yaitu mengenal kebutuhan mereka seperti bahasa isyarat, bahasa oral, orientasi mobilitas, aksesibilitas, dan braille.
Dokumentasi bareng-bareng :))
Salah satu kegiatan program kerja (proker) UKM Peduli Difabel adalah Pelatihan Braille, yang baru selesai diagendakan pada bulan September dan Oktober dan tempat pelaksanaan yang berpindah-pindah dari Gedung Fakultas Biologi UGM, Aula Balairung UGM, dan Gedung Sekolah Vokasi UGM. Dalam pelatihan braille tersebut, mereka dibersamai oleh Adi Suseno, salah satu mahasiswa yang bisa membagi pengalamannya terkait Braille. Adapun rangkaian dalam agenda tersebut terbagi menjadi 4 sesi yaitu sesi pengenalan pendidikan luar biasa secara umum, pelatihan membaca braille, pelatihan menulis braille, serta diskusi dan evaluasi kegiatan. Dalam kegiatan tersebut, peserta pelatihan braille mengenal huruf braille yang setiap selnya terdiri dari enam karakter dan timbul atau tidaknya karakter tersebut mewakili huruf/tanda/angka tertentu, kemudian mereka juga mengenal huruf braille A-Z, tanda, dan angka dan dipraktekan dalam sesi membaca dan menerjemahkan kalimat braille ke kalimat awas. Sedangkan untuk menulis huruf braille, mereka menggunakan reglet dan stilus, yaitu alat yang digunakan untuk menulis braille. Mereka terlihat sangat antusias dan semangat dalam proses tersebut karena braille merupakan hal yang sangat menantang untuk dikuasai dalam membaca dan menulisnya. Oleh karena itu, dengan adanya pelatihan braille tersebut diharapkan bisa menambah wawasan dan pengalaman bagi peserta yang mengikutinya serta dapat membaginya ke orang lain di sekitarnya, sehingga kesadaran untuk bermasyarakat inklusif setidaknya bisa diimpelentasikan mulai dari diri kita sendiri walaupun dalam skala kecil.

0 comments:

Post a Comment